Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pulau Bintan Miliki Thermal Scanner

Kemenkes Siapkan Kartu Sehat bagi Penumpang dari Singapura
Oleh : Redaksi
Kamis | 01-09-2016 | 13:38 WIB
Pulau-Bintan-Miliki-Thermal-Scanner.gif Honda-Batam

ilustrasi penggunaan thermal scanner di Bintan (Sumber foto: nytimes.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sudah hampir satu tahun, virus Zika menghebongkan dunia. Padahal, virus Zika sudah ada sejak tujuh dekade lalu, tepatnya pada 1947. Namun, pada November 2015, virus Zika kembali terdengar setelah Brasil mengumumkan Zika sebagai masalah darurat kesehatan nasional.

Awal tahun ini pun virus tersebut sudah meluas ke sejumlah negara seperti Suriname, Panama, Meksiko, Paraguay, Puerto Rico, Ekuador, Nikaragua, Bolivia, dan lainnya. Melansir Reuters, laporan terakhir menyebut, pada Selasa (30/8/2016) sudah ada setidaknya 82 kasus positif Zika di Singapura.

Untuk menindaklanjuti banyaknya kasus yang ada di Negeri Singa ini, Kementerian Kesehatan RI pun mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya kemungkinan virus Zika masuk ke Indonesia.

Sebagaimana tertulis dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM, selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengatakan, untuk mencegah dan mendeteksi penularan Zika, maka setiap penumpang yang masuk ke Indonesia lewat Singapura akan diberikan health alert card di setiap pintu masuk bandara. Kartu peringatan kesehatan ini harus mereka bawa.

“Sudah ada surat perintah kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ada di seluruh pintu masuk, untuk melakukan surveilans dan pemantauan lebih teliti lagi," ujar Subuh.

Kartu yang akan diberikan tersebut, diakuinya, sangat sederhana. "Seperti kertas,” katanya.

"Dan ada informasi, apabila Anda berada di rumah dan mengalami demam dengan ciri-ciri demam tinggi, ada ruam atau bercak pada kulit, maka segera melapor ke fasilitas kesehatan yang ada dengan membawa kartu tersebut," paparnya.

Pemberian health alert card ini dianggap Subuh sebagai langkah tepat setelah melakukan pengecekan penumpang melalui screening dan pemeriksaan melalui thermal scanner. Salah satu lokasi yang menggunakan thermal scanner adalah Pulau Bintan.

Namun, thermal scanner tersebut baru efektif jika dilakukan pada orang yang telah masuk ke dalam masa inkubasi virus Zika selama tujuh hingga sepuluh hari.

Selain mengandalkan health alert card, pihak Kemenkes RI juga mengharapkan kerja sama dari masyarakat agar segera melapor bila merasakan adanya gejala virus Zika, seperti demam, lesu, bintik merah pada kulit, mata memerah, nyeri sendi, dan sakit kepala. Gejala tersebut biasanya terlihat 3-12 hari setelah digigit nyamuk pembawa virus Zika, dan gejala akan bertahan selama dua hingga tujuh hari.

Sebelumnya, pada Februari 2016, Subuh mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sudah melakukan beberapa upaya pencegahan virus Zika. Upaya pencegahan ini disebut dengan cegah tangkal. Upaya pencegahan kembali dilakukan pada Mei 2016 dengan melakukan pengambilan sampel darah pada orang yang didiagnosa mengalami demam berdarah.

"Kami tidak mau bising dalam hal diagnostik. Karena gejala dan tipe virusnya, dan bagaimana dia menyebar sangat mirip dengan dengue. Hanya saja, virus Zika dan sisi fatalnya, dan dari berat ringannya penyakit (virus Zika) jauh di bawah dengue,” ujarnya.

Hanya saja hingga kini, fasilitas penanggulangan virus Zika di Indonesia masih belum lengkap. Namun, masyarakat tak perlu khawatir, karena untuk mengecek positif terjangkitnya virus Zika, Indonesia sudah memiliki laboratorium dengan biosafety level BSL-2 di Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), Jakarta.

"Tetapi untuk melacak adanya zika,bisa dilakukan semua fasilitas layanan pemerintah, di rumah sakit tipe A, seperti kalau di Jakarta ada RSCM, di Surabaya ada Sutomo, di Medan ada Adam Malik, hampir kurang lebih sepuluh rumah sakit,” ucap dia.

Editor: Udin