Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ilmuwan Berpendapat, Pria Lebih Sehat Jika Istrinya Bekerja
Oleh : Redaksi
Senin | 22-08-2016 | 12:02 WIB
stres.jpg Honda-Batam

Ilustrasi. (Thinkstock/IPGGutenbergUKLtd)

BATAMTODAY.COM, AS - Bagi sebagian pasangan, sumber penghasilan dalam keluarga bisa datang dari suami ataupun istri yang ikut bekerja. Namun sebagian lainnya memutuskan menggantungkan nafkah dari penghasilan sang suami.

Meski konsep rumah tangga seperti itu terbilang banyak terjadi, tetapi ternyata menjadi cara yang buruk untuk kesehatan suami. Para peneliti menemukan fakta bahwa jika pria menjadi satu-satunya yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, maka hal itu akan berdampak buruk untuk kesehatannya.

Melansir Telegraph, penelitian yang dipresentasikan di acara tahunan American Sociological Association tersebut menggunakan data The National Longitudinal Survey of Youth antara 2007 hingga 2011, yang mencakup sembilan ribu peserta.

Peneliti ingin mengetahui hubungan ketergantungan keuangan dengan kesehatan secara keseluruhan.

Hasilnya, kondisi mental pria yang menjadi pemberi nafkah tunggal bagi keluarganya memiliki kondisi terburuk. Mereka memiliki nilai kesejahteraan lebih rendah lima persen, dibandingkan pria bekerja yang memiliki pasangan pekerja.

Namun kondisi ini justru terbalik di sisi perempuan. Tidak ambil bagian secara ekonomi dalam keluarga justru membuat kejiwaan perempuan memburuk. Perempuan merasa lebih baik jika bisa membantu ekonomi keluarga.

Para peneliti berkesimpulan, norma sosial yang menuntut laki-laki menjadi pemberi nafkah tunggal menjadi sebuah tuntutan yang harus dijalankan. Sedangkan perempuan memandang peran sebagai pemberi nafkah sebagai prestasi atau pencapaian dalam hidup.

"Pria yang menghasilkan lebih banyak uang dibanding pasangannya lebih mungkin merasa mencari nafkah sebagai sebuah tuntutan, dan khawatir akan status pemberi nafkah," kata Asisten Profesor Sosiologi University of Conneticut, Christin Munsch.

"Sedangkan wanita di sisi lain melihat status pemberi nafkah sebagai kesempatan atau pilihan hidup. Perempuan yang berhasil menjadi pemberi nafkah merasa lebih bangga dan tak khawatir atas komentar orang lain bila mereka tidak dapat menjaga status tersebut," lanjutnya.

Munsch mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan timnya menunjukkan status gender juga membawa dampak negatif terhadap pria.

Pria diharapkan menjadi pemberi nafkah, tanpa diberikan kesempatan memiliki rekan yang membantu beban yang ia rasakan. Kondisi ini yang membuat pria merasa terbebani dan berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.

"Studi kami menemukan bahwa sumber pendapatan ganda dari suami dan istri memiliki manfaat yang nyata bagi laki-laki dan perempuan," kata Munsch.

"Kondisi mental dan kesehatan pria selaras dengan meningkatnya porsi keterlibatan istri mereka. Sedangkan kesejahteraan psikologis perempuan juga meningkat karena mengambil tanggung jawab ekonomi lebih besar dibanding tidak sama sekali," katanya.

Sumber: Telegraph
Editor: Udin