Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hati-hati, Kerja 40 Jam Seminggu, Ini Akibatnya...
Oleh : Redaksi
Sabtu | 13-08-2016 | 09:50 WIB
full_time_work_bad_for_healthbygetty.jpg Honda-Batam

Usia pensiun yang semakin panjang dan kondisi ekonomi kadang memaksa orang harus bekerja lebih lama. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Melbourne - Ada penjelasan ilmiah di balik penelitian yang menyatakan bahwa bekerja 40 jam seminggu buat orang usia 40 tahun ke atas berpengaruh pada otak. Jika Anda berusia 40 tahun ke atas, jangan melakukan tes IQ setelah sepekan penuh bekerja. Anda bisa kecewa.

 

Buat Anda yang berusia lebih dari 40 tahun, bekerja lebih lama dari 25 jam per minggu bisa berdampak pada kecerdasan Anda, menurut sebuah penelitian yang dirilis Februari lalu oleh sekelompok peneliti dari Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research di Australia.

Tim tersebut mengadakan tes membaca, pola dan ingatan terhadap lebih dari 6.000 karyawan di atas 40 tahun untuk melihat bagaimana jumlah jam kerja per minggu seseorang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang.

Bekerja 25 jam per minggu (paruh waktu atau tiga hari seminggu) adalah waktu optimal dalam seminggu bekerja untuk fungsi kognitif, dan bekerja kurang dari itu bisa berpengaruh pada kecepatan otak baik laki-laki maupun perempuan, menurut penelitian tersebut.

“Kerja dapat menstimulasi aktivitas otak dan membantu menjaga fungsi kognitif pada pekerja yang lebih tua, ‘pakai terus atau rusak’,” kata peneliti utama Colin McKenzie, profesor ekonomi di Universitas Keio di Tokyo.

“Namun pada saat bersamaan, bekerja secara berlebihan dalam jangka waktu panjang bisa menyebabkan kelelahan serta stres fisik dan/atau psikologis, yang bisa berdampak pada rusaknya fungsi kognitif.”

Menurut McKenzie, “kecerdasan cair” kita, yaitu cara kita memproses informasi, mulai menurun pada usia 20 dan “kecerdasan terkristal” atau cara kita menggunakan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman mulai menurun setelah usia 30. McKenzie mengatakan bahwa pada usia 40, sebagian besar orang mulai menurun performanya pada uji ingatan, pengenalan pola dan latihan kecepatan otak.

Saat banyak negara sudah memperpanjang masa pensiun, menunda masa di mana orang mulai bisa menerima bayaran pensiun, temuan McKenzie soal kelelahan kognitif ini menjadi penting.

“Pekerjaan bisa menjadi pedang bermata dua, bisa mendorong aktivitas otak, tapi di saat bersamaan, jam kerja panjang dan tipe pekerjaan tertentu bisa menimbulkan kelelahan dan stres yang berpotensi merusak kemampuan kognisi,” katanya.
Penjelasan ilmiahnya

Temuan McKenzie ini menunjukkan bahwa meski ekonomi memaksa kita untuk bekerja lebih lama daripada generasi sebelumnya, secara emosi dan biologis, otak kita tidak dirancang untuk stres dan rutinitas bekerja delapan jam sehari, lima hari seminggu pada usia di atas 40.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan dari berbagai usia yang bekerja berlebihan bisa mengalami stres kronik, kerusakan kognitif dan gangguan mental.

Salah satu penelitian dari 1996 yang dilakukan Boston University School of Public Health mengindikasikan bahwa kerja melewati batas waktu punya dampak pada kesehatan mental perusahaan di industri mobil, termasuk mereka yang bekerja di bagian assembly di pabrik.

Penelitian McKenzie berbeda karena timnya menemukan bahwa masalah kesehatan dan kognitif bisa terjadi bahkan pada ambang batas yang lebih rendah dari yang sebelumnya diperkirakan — yaitu pada orang usia di atas 40 yang bekerja secara reguler, dan bukan melebihi jam kerja.

Efek negatif stres pada pikiran terdokumentasi dengan baik dalam penelitian tentang saraf otak. Stres mempengaruhi fungsi kognitif terutama lewat hormon, khususnya pada hormon steroid dan hormon stres, kortisol, pada otak, yang dapat berdampak pada ingatan jangka pendek, konsentrasi, kemampuan untuk bertindak alami dan pikiran rasional.

Tim McKenzie kini melihat faktor pendorong di balik penelitian mereka seperti “sandwich years” atau tahun-tahun di mana banyak orang dewasa memiliki sedikitnya satu orang untuk diurus, seorang anak atau orangtua yang menua, selain juga harus bekerja full-time.

Artinya ada pekerjaan lain di atas pekerjaan utama, sehingga orang tersebut jarang beristirahat. Menurut US National Alliance for Caregiving dalam survey yang dilakukan tahun lalu, seorang caregiver atau pengasuh adalah seorang perempuan usia 49 tahun yang masih bekerja dan merawat keluarga perempuan usia 69 tahun yang membutuhkan perawatan karena kondisi fisik jangka panjang.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani