Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Aturan Tak Tertulis Bisnis Bakmi di China
Oleh : Redaksi
Rabu | 27-07-2016 | 09:14 WIB
xian_guolin_noodlebyweibo.jpg Honda-Batam

Xian Guolin, pemilik restoran bakmi, yang diprotes oleh penjual bakmi lainnya. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Shanghai - Di Shanghai, Cina, seorang pria menjadi korban amarah bahkan ancaman pembunuhan karena melanggar "perjanjian" dengan membuka restoran bakmi yang terlalu dekat dengan restoran lainnya, laporan dari Yvette Tan.

 

Xian Guolin sudah menggunakan seluruh tabungan dan menggadaikan rumahnya untuk membuka restoran bakmi, Alilan Beef Noodles, di jalan Nanjing, Cina.

Dia menjual bakmi "lamian" yang terkenal dengan proses pembuatannya ditarik dengan tangan dan disajikan dengan kuah panas serta irisan daging sapi.

Namun, dalam hitungan jam sejak rumah makan tersebut dibuka, Guolin diprotes oleh penjual bakmi lainnya yang meminta usahanya ditutup.

Seperti halnya pembuat bakmi lamian lainnya, Xian adalah seorang muslim dari suku Hui yang berasal dari Provinsi Gansu di Cina.

Para pemrotes mengatakan Xian telah melanggar perjanjian Shaanxi-Gansu-Ningxia yang telah diterapkan berdekade-dekade lamanya antara orang-orang Hui yang mencegah siapapun untuk membuka restoran bakmi daging sapi yang berjarak 400 meter dengan restoran yang sudah ada.

Dokumen perjanjian tersebut mempromosikan keharmonisan dan kestabilan pasaran bakmi dan siapa saja yang melanggarnya akan menghadapi konsekuensi dan mendapat kerugian keuangan.

Ma Jinglong, penyelenggara protes dan seorang muslim Hui yang memiliki dua restoran bakmi di dekat Alilan Beef Noodles, mengatakan kepada kantor berita The Sixth Tone bahwa perjanjian tersebut tidak memiliki dasar hukum tapi kebanyakan pemilik restoran tetap menerapkannya.

Saat Xian menolak menutup usahanya, restoran tersebut didatangi sekitar 100 orang yang mengancam para karyawan dan menghalangi pembeli untuk datang.

Kelompok pemrotes terus berdiri di depan restoran selama berminggu-minggu walaupun polisi sudah ikut campur. Xian mengatakan dia rugi 4.500 yuan (sekitar Rp8,9 juta) setiap harinya.

"Beberapa orang berdiri di pintu dan mencegah pembeli datang, sedangkan lainnya memaki-maki saya dan pelayan. Mereka mengancam keluarga saya akan dibunuh kecuali kalau saya menutup rumah makan," kata Xian.

Dia ditawari 300.000 yuan (sekitar Rp591,2 juta) untuk menutup usahanya tapi ditolaknya. Xian sudah menginvestasi 1,5 juta yuan (sekitar Rp2,9 miliar).

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani