Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BI Prediksi Inflasi Tahun Ini Tetap di Bawah 5 Persen
Oleh : Dodo
Jum'at | 09-09-2011 | 12:30 WIB

JAKARTA, batamtoday - Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi sampai akhir tahun tetap akan di bawah 5 persen. Perry Warjiyo, Direktur Riset dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, menyatakan inflasi inti pada Agustus yang mencapai 5,15 persen secara year-on-year lebih didorong kenaikan harga emas. Jika emas dikeluarkan, inflasi inti pada Agustus secara year-on-year hanya sekitar 4,18 persen.

"Tingginya inflasi inti bukan karena fundamental permintaan domestik, tetapi karena harga emas di pasar global yang naik tinggi," kata Perry seperti dikutip dari Indonesia Finance Today, Jumat (9/9/2011).

Badan Pusat Statistik mencatat laju inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2011 sebesar 2,69 persen dan laju inflasi year-on-year (Agustus 2011-Agustus 2010) sebesar 4,79 persen. Inflasi inti (month-on-month) Agustus 2011 sebesar 1,09 persen dan laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2011 sebesar 3,45 persen.

Faktor temporer lain yang menyebabkan kenaikan inflasi inti pada Agustus adalah biaya pendidikan dan angkutan udara. Bank Indonesia memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini sebesar 4,9 persen, karena inflasi kumulatif hingga Agustus baru 2,69 persen.

Difi A Johansyah, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, menambahkan bank sentral berusaha menjaga kestabilan inflasi umum yang dampaknya langsung dirasakan masyarakat. Selain itu, inflasi umum menggambarkan seluruh kebutuhan masyarakat.

Namun, bank sentral menggunakan inflasi inti sebagai wakil (proxy) untuk memperkirakan sejauh mana realisasi inflasi umum. Bank sentral menggunakan inflasi inti karena dinilai mewakili komponen pembentuk inflasi. Oleh karena itu, bank sentral membaca kecenderungan inflasi inti sebagai tren pembentukan inflasi yang tidak dipengaruhi faktor eksternal.

Bank sentral menggunakan tiga jenis proxy inflasi dalam melihat kecenderungan inflasi umum yakni inflasi inti, administered prices, dan volatile foods. Bank sentral menghitung administered prices dan volatile foods sebagai pelengkap dari inflasi inti. Perilaku volatile foods banyak dipengaruhi faktor-faktor lain seperti distribusi dan kebijakan pemerintah.

Jika administered prices dan volatile foods stabil maka inflasi umum juga stabil. Menurut Difi, selama harga emas tidak berpengaruh terhadap komponen barang dan jasa lainnya maka dampaknya terhadap inflasi umum akan kecil. Hal ini berbeda dengan minyak atau komoditas lain seperti metal industri yang jika mengalami kenaikan akan berpengaruh kepada barang dan jasa lain sehingga berimbas pada inflasi umum.

"Kalau tidak ada kejutan di administered prices dan volatile foods, bank sentral optimistis inflasi dalam empat bulan terakhir akan stabil sehingga inflasi umum tahun ini di bawah 5 persen," kata Difi.