Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jurus Membidik Pangsa Pasar Kopi di Cina yang Setia Pada Teh
Oleh : Redaksi
Senin | 18-07-2016 | 09:40 WIB
joemcnallybygetty.jpg Honda-Batam

Jaringan kedai kopi Starbucks menjamur di kota-kota di Cina seperti di kawasan Yu Garden. (Foto: Getty)

BATAMTODAY.COM, Xidan - Pada 2005, Richard Chien membuka warung kopi di Cina bagian timur laut. Setiap harinya sederet barista baru atau peracik kopi membuat 900 cangkir kopi yang dipatok dengan harga 6 yuan atau sekitar Rp11.000.

 

Sepuluh tahun kemudian, ia menjalankan sekolah pelatihan membuat kopi berkelas atas di Beijing. Di sekolah itu, peserta latihan selama berjam-jam mendalami aroma biji kopi dan teknik merasakan kopi yang biasa dijual Rp78.000 per cangkir.
Secara perlahan kopi menggeser minuman yang sudah membudaya di Cina, teh.

Di negara ini kopi berpotensi mengubah salah satu pasar kopi terkecil di dunia menjadi pasar terbesar. Untuk tahap sekarang, konsumsi kopi di Cina tercatat kurang dari 2% dari konsumsi kopi dunia, tetapi Cina sudah mengubah industri itu.

“Ekonomi sudah berubah; orang-orang lebih mengerti tentang gaya hidup lain,” kata Chien. “Minuman tidak hanya sekedar teh lagi.”

Konsumsi kopi di Cina meningkat hampir tiga kali selama empat tahun terakhir, lebih pesat dibandingkan pasar besar lain yang dipantau oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat. Dan potensi pangsa pasar itu besar sekali sebab penduduk Cina mencapai hampir 1,4 miliar jiwa.

Starbucks begitu yakinnya sehingga berencana membuka roastery -atau tempat memanggang dan memproses kopi- dan tasting room -tempat mencoba kopi- pertamanya tahun depan di Shanghai, dan percaya bahwa Cina bisa menjadi pangsa pasar terbesarnya.

Perusahaan kopi yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat, itu sekarang sudah mengoperasikan 2.000 kedai di Cina dan berencana menambah 500 kedai setiap tahun selama tempo lima tahun mendatang.

Dunkin’ Donuts –jaringan lain dari Amerika Serikat yang juga menyajikan kopi- tahun lalu mengumumkan rencana untuk menambah lebih dari 1.400 cabang selama dua dekade mendatang, atau meningkat hampir 100 kali.

Peningkatan kepopuleran kopi di Cina mencerminkan kecenderungan negara itu ke arah perekonomian konsumtif karena perubahan keinginan dari kalangan kelas menengah yang terus bertambah. Saat ini semakin banyak warga Cina yang bepergian ke luar negeri dan mencicipi espresso di Jepang atau menyelesaikan tugas kuliah sambil minum kopi di kafe-kafe di Amerika Serikat.

Dan tak seperti orang tua mereka, sebagian besar generasi muda di Cina mencapai usia dewasa ketika sudah ada banyak kedai kopi.

Expand