Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rugi Rasanya Jika ke Lingga Tak Bawa Oleh-oleh Tamban Salai dan Belacan Topong
Oleh : Nurjali
Minggu | 17-07-2016 | 12:00 WIB
tamban salai.jpg Honda-Batam

Proses pembuatan Tamban Salai (Foto: Nurjali/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Lingga - Membawa oleh-oleh atau buah tangan usai mudik Lebaran, tentunya menjadi hal yang wajar dan wajib bagi setiap orang. Ada yang sekedar untuk dibawa kembali ke rumah masing-masing, ada juga untuk dibagikan kepada rekan-rekan kerja atau tetangga terdekat.

Ikan Tamban Salai dan Belacan Topong menjadi buah tangan atau oleh-oleh yang paling banyak diminati oleh para pemudik saat kembali dar Lingga ke tempat kerja masing-masing atau ke rumah masing-masing.

Dua jenis makanan sederhana dan penyedap rasa ini, sangat diincar di tanah Bunda Tanah Melayu dan kota timah ini. Wartawan BATAMTODAY.COM, Nurjali, menyajikan liputannya secara khusus bagi Anda. Berikut laporannya.

Dua jenis makanan sederhana dan penyedap rasa --Ikan Tamban Salai dan Belacan Topong, ini sangat diincar di Bunda Tanah Melayu dan kota timah ini.

Tamban Salai adalah sejenis makanan ikan tamban yang sudah dipanggang dengan cara yang sangat khusus, yang hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang memang terbiasa mengolah ikan tamban menjadi ikan panggang dan sangat jarang ditemui di wilayah perkotaan.

Selain itu ikan ini bisa bertahan hingga berhari-hari, sehingga memudahkan jika dibawa untuk berangkat yang mungkin dua atau tiga hari baru sampai ke tempat bekerja atau rumahnya.

"Cari tamban buat paman dan bibi, besok mau pulang," ujar salah satu pembeli di pasar Dabosingkep, saat arus balik kemarin.

Harga Ikan Tamban Salai dan Belacan Topong ini, menjadi populer karena saat arus balik ini menjadi kesempatan para pedagang menaikan harganya.

Selama ini ikan tamban biasanya dijual per ekor, yang pada hari-hari biasa dijual dengan harga Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per seratus ekornya. Tapi jika pada lebaran karena banyak peminat, harganya naik menjadi Rp50 ribu sampai Rp60 ribu per seratus ekornya.

Meski mahal Tamban Salai tetap diminati, begitu juga dengan Belacan Topong yang lebih dikenal dengan terasi.

"Tapi pagi saya jual dua ribu ekor tidak sampai siang sudah habis," kata Abu, pedagang Tambang Salai di Pasar Dabo.

Di pesisir Kota Dabosingkep, di pinggir-pinggir jalan menuju Pelabuhan Jagoh, jika melalui jalur pesisir akan banyak ditemui para peramu Tamban Salai ini. Beberapa pemudik arus balik biasanya langsung ke lokasi pembuatan Tamban Salai, namun banyak juga yang mencari di Pasar Dabo.

"Saya bikin Tamban Salai dari tahun 70-an, zaman bapak kami sampai sekarang memang kalau musim ini pasti banyak yang cari buat dibawa pulang keluar Dabo," jelasnya.

Berbeda dengan Tamban Salai, Belacan Topong atau yang biasa disebut dengan terasi, yang diracik sendiri oleh masyarakat, lebih banyak didapati di wilayah Daiklingga.

Belacan Topong adalah terasi yang dibuat secara alami oleh masyarakat yang dikemas dengan bungkusan unik yang terbuat dari daun kelapa.

"Rasanya beda dengan yang beli, lebih gurih ini dan terasa udangnya," kata Ros, ibu rumah tangga yang biasa menjual Belacan Topong.

Belacan Topong dijual dengan harga yang sangat murah, satu topong hanya Rp500 saja. Terasi sebenarnya sangat mudah ditemui di daerah perkotaan. Namun karena rasanya yang kha dan lebih alami, Belacan Topong jadi pihan untuk buah tangan saat balik mudik.

Terasi Belacan Topong yang dibuat tanpa bahan pengawet, salah satu alasan para perantau membawa Belacan Topong sebagai buah tangan.

Kedua makanan sederhana ini menjadi menu khusus untuk mengenang kampung halaman, Bunda Tanah Melayu.

Editor: Surya