Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Sosok Tersangka Pembuatan Vaksin Palsu yang Dikenal Agamis
Oleh : Redaksi
Minggu | 17-07-2016 | 11:00 WIB
DokterIndra.png Honda-Batam
dr Indra Sugiarno Sp.A (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar konferensi pers tentang temuan penggunaan vaksin palsu Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta, pada Sabtu, 16 Juli 2016 kemarin. Dihadirkan pula sejumlah orang tua korban yang anaknya diduga divaksin dengan vaksin palsu.

Tak ada satu pun orang tua anak korban vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda yang menyangka dr Indra Sugiarno Sp.A ditetapkan Bareskrim Polri jadi tersangka. Di mata para orang tua, sosok dr Indra dikenal ramah dan religius.

dr Indra Sugiarno Sp.A menjadi salah satu dari--sejauh ini--tiga dokter yang ditetapkan sebagai tersangka kasus vaksin palsu. Dia diketahui berpraktik di Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur.

Nama dr Indra memang terus jadi buah bibir ratusan orang tua anak korban vaksin palsu yang memenuhi RS Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur, untuk meminta pertanggungjawaban. Dia disebut-sebut terlibat menggunakan vaksin palsu terhadap para pasiennya.

Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura Linda Sitanggang, menjelaskan bahwa ditemukan 44 anak dari ratusan balita yang mendapatkan vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta itu.
Sedangkan Ketua Komite Medis RS Harapan Bunda dr Seto Hanggoro SpU dan anggota Komite Medis dr Harmon SpA.

Saat itu kepada dr Seto ditanyakan soal apakah benar dr Indra--salah satu dokter anak di RS Harapan Bunda--sudah ditetapkan sebagai tersangka. dr Seto mengaku belum mendapat informasi soal itu, namun dia membenarkan bahwa dr Indra tengah diperiksa polisi.

Tak berselang lama usai jumpa pers yang berlangsung ricuh itu, kebenaran pun terkuak. Sore harinya Direktur Tipid Eksus Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya mengatakan bahwa dr I telah ditetapkan jadi tersangka.

"Jadi tersangka dokter tambah satu, berinisal I dari Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur," ujar Brigjen Agung dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta. Inisial I diketahui para orang tua merujuk ke satu nama yakni, dr Indra. Tak ada dokter anak lainnya di RS tersebut yang nama depannya berinisial I. Apalagi dr Seto sebelumnya telah membenarkan bahwa dr Indra tengah diperiksa polisi.

Mendengar kabar itu, grup WhatsApp yang dibentuk para orang tua korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda pun mendadak ramai. Rata-rata mengaku terkejut dan tak percaya dr Indra jadi tersangka.

Keterangan para orang tua, dr Indra ini adalah sosok bapak yang penuh wibawa dan ramah. Tubuhnya cukup gemuk, dengan tinggi sekitar 170 cm. Ia selalu mengenakan peci saat bertugas. Sosok dr Indra dikenal sangat religius oleh para suster dan orang tua anak yang menjadi pasiennya. 

Dia juga dikenal aktif memberi informasi dan wejangan untuk kesehatan bayi. Karena itulah, saat dr Indra ditetapkan sebagai tersangka, banyak yang tak percaya. Rata-rata mengaku lemas, syok, apalagi para orang tua yang anaknya selalu ditangani langsung oleh dr Indra. Ada juga yang mengaku kecewa, tak menyangka dokter yang selama ini dipercaya merawat anak-anaknya, begitu tega memberikan vaksin palsu.

Salah satu orang tua Mariyam berujar, anaknya terlahir dengan fisik kurang sempurna di RS Harapan Bunda. Nah, selama anaknya diberi vaksin oleh dr Indra, dirinya selalu mendapatkan wejangan yang menguatkan dan memotivasi.

Beberapa orang tua lainnya mengungkap bahwa dr Indra ini kerap menyodorkan vaksin tanpa lewat rumah sakit. Kwitansi dan pembayarannya pun tertulis dan dilakukan di tempat, tanpa melalui administrasi di RS Harapan Bunda. Dia disebut bekerja sama dengan seorang suster di RS Harapan Bunda yang lebih dahulu ditetapkan jadi tersangka oleh Bareskrim.

"Terakhir vaksin cacar punya pribadi dr Indra. Bayar diam-diam sama suster Rp 1 juta, dan sekarang dia (dr Indra) jadi tersangka? Hancur sekali hati ini," kata Nunu, salah satu orang tua korban.

Aryo, seorang di antara puluhan ayah korban, geram setelah mengetahui anaknya divaksin dengan vaksin palsu. Dia bahkan mengaku anaknya sering sakit setelah divaksin.

"Anak saya kemarin dua hari setelah vaksin, kakinya dan pahanya pegal. Kita gendong terus karena susah jalan. Besoknya malah panas demam, muntah-muntah, enggak bisa makan," kata Aryo dalam konferensi pers itu.

Aryo mengaku tak menyangka dan tidak berprasangka buruk terhadap dr Indra Sugiarno, yang telah memberikan vaksin palsu untuk anaknya. Dia mengaku telah lama mengenal dokter itu.

Anak saya semua (divaksin) di sini. Saya selalu (memvaksin anak) sama Dokter Indra. Kami percayanya sama dia karena orangnya agamis sekali. Sebelum periksa anak, selalu berdoa bersama dulu. Sekarang malah saya dengar dia sudah jadi tersangka. Kaget saya," ujar Aryo.

Hilda, orang tua lain, mengakui hal serupa tentang profil Dokter Indra. Dia tak menyangka dokter itu memperkaya diri dengan cara haram, yakni memberikan vaksin palsu.

"Saya percaya, enggak percaya, soalnya semua selalu sama Dokter Indra. Anak saya patah tulang saja dia yang tangani. Vaksin juga dari dulu sama dia," katanya.

Hilda mengaku sempat curiga terhadap Dokter Indra. Sebab setelah memvaksin anaknya, seorang suster membawanya ke ruangan khusus untuk menawarkan harga yang murah untuk vaksin itu.

"Kan suntik (vaksin) dulu baru bayar. Jadi, enggak kepikiran itu palsu. Kalau bayar ke suster delapan puluh ribu rupiah, di kasir seratus dua puluh ribu rupiah. Katanya, vaksin itu punya Dokter Indra,” kata Hilda. (dari berbagai sumber)

Editor: Surya