Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kalangan Akademisi Tidak Setuju

Oposisi Malaysia Minta Sejarah Kemerdekaan Ditulis Ulang
Oleh : Magid
Rabu | 07-09-2011 | 12:45 WIB
sabu_matinderabuku.jpg Honda-Batam

Presiden PAS, Muhammad Shabu menunjukan buku Biografi Mat Indra. Foto: PAS

KUALA LUMPUR, batamtoday - Pemimpin partai oposisi pemerintah Malaysia (PAS) menyerukan pihak berwenang negara itu untuk mencoba meneliti dan menulis ulang catatan sejarah kemerdekaan yang dianggap tidak mewakili fakta sebenarnya. Isu penulisan ulang sejarah kemerdekaan Malaysia bermula dari penerbitan buku Biografi Mat Indra karya Presiden PAS Mohammad Sabu yang mempertanyatakan penyebutan Inggris bukan penjajah.

Dalam buku yang baru diterbitkan tersebut, Muhammad Sabu mempertanyakan apa arti sebuah kemerdekaan jika Inggris diklaim bukan penjajah. Lantas Malaysia merdeka dari apa pada 1957 lalu? Karena itu, dalam penulisan sejarah, pemerintah harus tegas mengatakan bahwa Inggris adalah negeri penjajah kala itu.

Persoalan lain yang dikupas Muhammad Sabu dalam bukunya adalah ketidakadilan sejarah yang disampaikan pemerintah Malaysia, dimana selama ini UMNO dianggap sebagai kelompok yang paling berperan dalam perebutan kemerdekaan, tanpa memperhitungkan kelompok atau partai lainya.

"Umno hanyalah bagian kecil dari kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Malaysia, mereka hanya ada di putaran terakhir. Tapi dalam sejarah versi pemerintah, Umno memiliki peran yang besar dengan mengesampingkan kelompok partai lainya," tulis Shabu dikutip batamtoday dari blog pribadinya saat menyanggah pemberitaan media Malaysia yang dikontrol pemerintah, Selasa (07/9/2011).

Buku yang saat ini menjadi kontroversi di Malaysia itu lansung direspon kalangan akademisi yang dikenal dekat dengan pemerintahan masing-masing, Profesor Dr Ramlah Adam, Dr Khoo Kay Kim serta Profersor Emeritus Tan Sri. 

Profesor Dr Ramlah sangat menyayangkan bergulirnya isu penulisan ulang sejarah Malaysia, karena secara tidak lansung isu ini akan sedikit banyak menggerus sisi nasionalisme rarkyat terhadap bangsanya sendiri.

"Dalam bidang akademik, fakta bisa saja berbeda, tapi isu ini tidak semestinya dihembuskan," ujarnya seperti diberitakan Harian Bernama.

Komentar lebih keras meluncur dari, Tan Sri dan Khoo Kay, yang menganggap penulis buku sekaligus Presiden partai PAS tidak mengerti sejarah dan tidak layak berbicara soal sejarah Malaysia.

"Mereka (PAS) tak seharusnya berbicara soal sejarah, karena mereka 'kosong' dalam pengetahuan sejarah, tak perlu lagi menilai dan mempertanyakan sejarah yang ada," katanya.