Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kegiatan Monitoring Sosial Ekonomi COREMAP di Kabupaten Lingga
Oleh : Redaksi
Jum'at | 03-06-2016 | 11:41 WIB
11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Bupati Kabupaten Lingga H. Alias Wello, S. Ip dan Wakil Bupati Kabupaten Lingga Muhammad Nizar, S.Sos

1.     METODOLOGI
1.1    Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Kegiatan monitoring sosial ekonomi dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2015. Lokasi pengambilan data dilakukan di ke-7 (tujuh) desa site project Coremap-CTI Kabupaten Lingga, yaitu Desa Sekanah, Desa Limbung, Desa Mamut, Desa Tajur Biru, Desa Pena’ah, Desa Benan, dan Desa Batu Belubang.

1.2    Metode Pengambilan Data
Pada kegiatan monitoring sosial ekonomi ini dikumpulkan data primer dan sekunder. Informasi tentang data primer/dasar aspek sosial terumbu karang dikumpulkan melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Kegiatan survei di ke-7 (tujuh) desa di site project Coremap-CTI Kabupaten Lingga dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota rumah tangga. Pemilihan rumah tangga sampel dilakukan dengan metode sampling acak sistematis (systematic random sampling). Data yang dikumpulkan melalui kegiatan survei mencakup data rumah tangga dan data individu, dengan demikian, responden terdiri atas responden rumah tangga dan individu. Responden rumah tangga adalah kepala rumah tangga, tetapi jika tidak dapat ditemui digantikan dengan istri atau anggota rumah tangga dewasa (berusia 15 tahun ke atas) yang mengetahui kehidupan rumah tangga bersangkutan. Data rumah tangga yang dikumpulkan meliputi keterangan anggota rumah tangga dan kondisi ekonomi rumah tangga, seperti aspek sosial demografi anggota rumah tangga (jumlah anggota rumah tangga, hubungan dengan KRT, umur, jenis kelamin, pendidikan), status kegiatan ekonomi dan pekerjaan anggota rumah tangga. Data kondisi ekonomi rumah tangga mencakup variabel pendapatan dan pengeluaran. Data individu mencakup pengetahuan, sikap dan perilaku tentang pemanfaatan terumbu karang (termasuk biota yang hidup di dalamnya), serta pengetahuan dan keterlibatan dalam Program Coremap-CTI. Responden rumah tangga dan individu yang diwawancarai berjumlah 97 orang yang terdiri dari Desa Sekanah 4 orang, Desa Limbung 11 orang, Desa Mamut 5 orang, Desa Tajur Biru 18 orang, Desa Pena’ah 10 orang, Desa Benan 31 orang, dan Desa Batu Belubang 17 orang.  
Disamping data primer, pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kegiatan desk review terhadap hasil penelitian/kajian sebelumnya dan bahan-bahan dokumentasi lain yang relevan. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS 16.


2.     HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1     Desa Sekanah
2.1.1     Geografis dan Administrasi
    Desa Sekanah berada di pesisir utara Pulau Lingga yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Lingga Utara. Desa Sekanah berada pada posisi geografis 00°6’32” Lintang Utara dan 104°36’14” Bujur Timur.  Desa Sekanah beriklim tropis, memiliki luas wilayah sebesar 55,50 km2 yang terdiri dari 3 (tiga) dusun, yaitu Dusun Sasah, Teregeh, dan Lundang, 2 (dua) Rukun Warga (RW), dan 5 (lima) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Sekanah berbatasan dengan Kelurahan Senayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Duara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Linau, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Mentade. Kondisi topografi berbukit dan memiliki hutan di daratan pulau yang masih relatif baik berdampak pada kehidupan masyarakat yeng berdiam di desa ini. Pada bagian yang mengarah ke pantai merupakan daratan sehingga wilayah tersebut dijadikan sebagai lokasi pemukiman, sedangkan pada bagian perbukitan yang terletak ditengah pulau banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seperti kelapa, kuini, dan sebagainya.


2.1.2    Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Sekanah pada Tabel 1, secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-54 tahun jumlahnya mencapai 568 jiwa (61,14%). Persentase penduduk usia produktif (15-54 tahun) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

TABE-1-SOSEK

 

2.1.3    Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Sekanah pada Tabel 2 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk tidak tamat SD sebanyak 219 jiwa (26,87%) dan tamat SD sebanyak 305 jiwa (37,42%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.


2.1.4    Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman matapencaharian penduduknya. Masyarakat Desa Sekanah sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 456 jiwa (49,09%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Sekanah sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap. Jenis matapencaharian penduduk di Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.


2.1.5    Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.1.5.1    Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 4.

TABEL-4-SOSEK

 
Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).


2.1.5.2    Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Sekanah dapat dilihat pada Tabel 5.

TABEL-5-SOSEK


    Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.


2.2    Desa Limbung
2.2.1    Geografis dan Administrasi
    Desa Limbung terletak pada posisi geografis 0°10’38” Lintang Utara dan 104°48’20” Bujur Timur. Desa Limbung termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Lingga Utara yang memiliki luas wilayah berkisar ±40.408 km2, beriklim tropis, terdiri dari 2 (dua) dusun, 7 (tujuh) Rukun Warga (RW), dan 14 (empat belas) Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, sebelah utara Desa Limbung berbatasan dengan Kelurahan Senayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Keton, Sungai Pinang dan Bukit Harapan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Teluk, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pekaka. Desa Limbung tidak memiliki laut yang luas, walaupun desa ini terletak di pesisir pantai Pulau Lingga. Sebagian besar pulau-pulau yang berada disekitar desa tercatat sebagai bagian dari wilayah Kecamatan Senayang. Desa Limbung memiliki daratan yang lebih luas dan pulau-pulau yang berdekatan antara lain Pulau Kekek, Pulau Telon, Pulau Seranggas, Pulau Barok, Pulau Tikus, dan Pulau Hantu. Secara umum, Desa Limbung mempunyai topografi yang datar dengan kondisi pantai yang landai. Namun ada sebagian wilayahnya bergelombang dan tingkat kemiringan cukup tajam. Kondisi ini terdapat pada bagian pertengahan kampung. Kawasan ini banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seperti durian, duku, rambai, kuini, dan sebagainya.


2.2.2     Jumlah dan Komposisi Penduduk
Informasi tentang jumlah dan komposisi penduduk bermanfaat untuk mengetahui keadaan penduduk di suatu daerah maupun pada tingkat rumah tangga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Limbung disajikan pada Tabel 6.


Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Limbung secara umum menunjukkan bahwa penduduk usia produktif dimulai umur 15-46 tahun keatas jumlahnya mencapai 1.254 jiwa (83,77%). Persentase penduduk usia produktif (15-46 tahun keatas) yang tinggi memberikan gambaran bahwa intervensi program pengelolaan terumbu karang perlu diarahkan untuk kelompok usia ini dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.


2.2.3    Pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan untuk mengetahui kondisi pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan penduduk di Desa Limbung pada Tabel 7 masih belum menunjukkan kualitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penduduk yang tamat SD sebanyak 740 jiwa (56,62%). Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tidak terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta faktor pendukungnya seperti minimnya transportasi umum (darat dan laut) dan biaya pendidikan. Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk adalah adanya beberapa anggota rumah tangga yang melakukan migrasi ke luar kota untuk bekerja, dan umumnya tidak lagi terdaftar sebagai ART, terutama mereka yang sudah menikah dan tingga di daerah tujuan.


2.2.4    Pekerjaan
Aktivitas perekonomian suatu wilayah salah satunya dipengaruhi oleh jenis atau keragaman mata pencaharian penduduknya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Limbung dapat dilihat pada    Tabel 8.

 

 

 

 

Masyarakat Desa Limbung sebagian besar merupakan nelayan yaitu mencapai 316 jiwa (64,50%) dari jumlah penduduk yang memiliki matapencaharian, sehingga perekonomian di Desa Limbung sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan, terutama perikanan tangkap.

2.2.5    Kondisi Kesejahteraan Penduduk
2.2.5.1    Pendapatan
Variabel pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk. Analisis pendapatan pada bagian ini tidak hanya melihat besar pendapatan, tetapi memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Besar pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bersih dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan yang diperoleh dari semua anggota rumah tangga yang bekerja. Data statistik pendapatan rumah tangga Desa Limbung dapat dilihat pada Tabel 9.



Pendapatan maksimum tertinggi ditemukan pada beberapa rumah tangga responden yang umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, tetapi dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan sering menggunakan armada tangkap dengan kekuatan mesin cukup besar (< 5 GT) dan umumnya memiliki alat tangkap beberapa jenis (seperti kelong, jaring dan puluhan bubu).

2.2.5.2    Pengeluaran
Pengeluaran rumah tangga dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan rumah tangga bersangkutan. Rumah tangga yang belum sejahtera cenderung mempunyai pola pengeluaran yang lebih terkonsentrasi untuk kebutuhan makanan. Sebaliknya, rumah tangga sejahtera (kondisi ekonomi baik) pada umumnya lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan bukan makanan dibandingkan untuk makanan. Data statistik pengeluaran rumah tangga Desa Limbung dapat dilihat pada Tabel 10.


Pekerjaan nelayan menjadi sumber utama pendapatan utama, padahal kebanyakan dari nelayan memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan (baik dari penguasaan alat tangkap dan permodalan) dengan kebiasaan hidup yang umumnya dicirikan etos kerja yang kurang produktif. Namun demikian, tampaknya mereka tidak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasar, terutama untuk konsumsi makanan. Kondisi seperti ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya konsumsi ikan dan biota laut lain yang diperoleh dari hasil tangkapan sendiri, dimana jika dikonversikan dalam nilai rupiah, jenis makanan tersebut memiliki nilai lebih tinggi daripada jenis lauk lainnya (misalnya ikan asin, tempe, tahu, dan telur). Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap tingginya pengeluaran rumah tangga, sehingga banyak diantara rumah tangga nelayan sampel yang termasuk tidak miskin.

 

Expand