Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Kritik Pedas Media Hong Kong untuk Jokowi
Oleh : Saibansah
Minggu | 22-05-2016 | 09:30 WIB
jokowishoutchinapost22.jpg Honda-Batam

Presiden Joko Widodo dikirik South China Morning Post. (Foto: Ist)

MEMBACA berita di South China Morning Post yang bermarkas Hong Kong tentang Presiden Jokowi, cukup mengejutkan. Dengan judul, "Indonesia needs action not talk from Joko Widodo" makin menyentak di tengah harapan rakyat Indonesia yang tinggi kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Apa saja kritik South China Morning Post itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

 

Tulisan wartawan South China Morning Post, William Pesek tentang kinerja dan janji-janji Presiden Jokowi yang rilis pada Selasa, 12 Mei, 2015, 04:01 itu mengejutkan. Bisa jadi, tulisan Pesek itu akan berdampak kontra-produktif pada berbagai langkah dan strategi pemerintah membangun kepercayaan dunia pada perekonomian Indonesia.

Tapi sebagai sebuah kritik, apalagi disertai dengan solusi, maka tulisan wartawan yang juga menulis di berbagai media seperti International Herald Tribune, Sydney Morning Herald, New York Post, Straits Times, Japan Times, South China Morning Post dan banyak publikasi lain di seluruh dunia itu, layak disimak.

Tidak percaya? Coba klik: http://www.scmp.com/business/global-economy/article/1793760/indonesia-needs-action-not-talk-joko-widodo. Dalam tulisan tersebut, wartawan peraih penghargaan Society of American Business Editor pada 2010 lalu itu menulis, Jokowi tidak mampu mengelola pemerintahannya.

Sejak dilantik menjadi Presiden belum ada tindakan untuk perbaikan ekonomi yang bisa dilakukannya. Yang terjadi malah inflasi terus terjadi, mata uang jatuh, dan ekonomi morat-marit tak ada perkembangan sama sekali, yang ada justru kemunduran.

Bahkan bisa dibilang lebih lambat dalam penyelesaian masalah dibanding era presiden Indonesia sebelumnya. Jokowi dinilai tidak mempunyai kemampuan memimpin secara sistematis. Antar kebijakan saling bertabrakan. Ironisnya lagi antar kementerian pun seperti tidak ada koordinasi dan saling jalan sendiri bahkan saling jegal.

Expand