Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kota-Kota Tak Siap Hadapi Meningkatnya Risiko Bencana
Oleh : Redaksi
Rabu | 18-05-2016 | 13:38 WIB
banjir-engku-putri.jpg Honda-Batam

Banjir di kawasan Engku Putri, Batam.

BATAMTODAY.COM - Kebanyakan kota dunia belum punya konsep menghadapi risiko bencana dari cuaca ekstrim dan bahaya lainnya, kata laporan Bank Dunia. Terutama karena pertumbuhan penduduk dan gelombang migrasi terlalu cepat.

Pada tahun 2050, diperkirakan ada 1,3 miliar manusia dan aset senilai 158 tiliun dolar AS yang terancam bencana di daerah pantai saja, demikian peringatan Global Facility for Desaster Reduction and Recovery (GFDRR), sebuah lembaga di bawah Bank Dunia.

"Kota-kota dan wilayah pesisir sangat tidak siap menghadapi dampak bencana alam dan risiko global," kata John Roome, direktur senior Kelompok Bank Dunia untuk perubahan iklim, dilansir Deutsche Welle.

Tapi kota-kota yang berkembang pesat bisa melakukan upaya meminimalisi dampak bencana dengan kebijakan yang tepat dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan, sambungnya.

Misalnya membatasi eksploitasi air tanah, yang membuat kota besar seperti Tokyo dan Jakarta setiap tahun makin tenggelam. Selain itu, merencanakan banyak zona hijau di kawasan-kawasan rawan banjir.

Masalahnya, banyak pejabat kota tidak tahu dengan jelas, apa saja risiko bencana yang bakal mereka hadapi. Misalnya Argentina yang tidak punya gunung berapi, tapi terkena dampak letusan gunung berapi di Chile.

Sekarang ada aplikasi bernama ThinkHazard! Yang memudahkan perencanaan penanggulangan bencana jadi lebih mudah. Aplikasi ini juga bisa menampilkan berbagai informasi tentang potensi bencana di suatu negara atau kawasan. Aplikasi ini ditujukan pada para perancang tata kota, pengembang proyek dan lain-lain, yang perlu data-data tentang risiko bencana.

Aplikasi baru yang dikembangkan GFDRR ini mengumpulkan berbagai informasi dan menyederhanakannya sehingga bisa mudah dimengerti. Pengembang jalan atau sekolah di Kenya misalnya bisa menggunakan aplikasi ini untuk mengetahui apa saja risiko bencana di sekitar lokasi pembangunan.

Peningkatan risiko bencana di beberapa daerah memang cukup drastis. Di Indonesia, risiko banjir dari luapan sungai diperkirakan akan naik 166 persen selama 30 tahun ke depan, sedangkan risiko banjir di daerah pesisir 445 persen, kata laporan itu.

Kombinasi kenaikan permukaan laut dan tenggelamnya kota-kota pesisir bisa mengakibatkan kerugian besar di 136 kota-kota pesisir, dari sekitar US$ 6 miliar per tahun pada tahun 2010 menjadi US $ 1 triliun pada tahun 2070, kata laporan itu.

Sumber: Deutsche Welle
Editor: Dodo