Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Makanan Habis, Kapten MV Alecia Larang WN Srilanka ke Rudenim
Oleh : Charles/Dodo
Rabu | 24-08-2011 | 12:34 WIB
Imigran_Srilanka.JPG Honda-Batam

Tiga WN Srilanka setelah diamankan warga nelayan, saat ini ditahan di Pos Polair Polresa Tanjungpinang. (Foto: Charles)

TANJUNGPINANG, batamtoday - Thangavela Tharumabalan (40) dan Silva Kumara Prea Kumar (23) serta Silva Iyakaran (21), bersama rekanya yang lain mengaku nekat melompat dan melarikan diri dari atas MV Alecia yang lego jangkar di laut Penyengat Tanjungpinang pada Rabu, 24 Agustus 2011 sekitar pukul 02.00 Wib dini hari lantaran merasa sudah tidak tahan lagi di kapal tersebut.

Sementara, keinginan mereka mau turun tertahan dan dilarang oleh tiga kapten yang bertanggung jawab membawa mereka sebelumnya dengan alasan akan segera diberangkatkan.

"Makanan habis, minuman habis dan sebagian teman saat ini juga sedang sakit di kapal, tiga kapten suruh kita tetap di kapal," kata Thangavela Tharumabalan kepada batamtoday saat dikonfirmasi di Pos Polair Tanjungpinang pada Rabu, 24 Agustus 2011.

Tharumabalan, Kumara Prea Kumar dan Silva Iyakaran juga mengatakan ketiga kapten yang melarang mereka turun dan dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi Pusat di Tanjungpinang itu adalah Makesu Silvakumaran, Kapilan, dan Joja.

"Ketiganya merupakan kapten yang selama ini bertanggung jawab" kata Silva Iyakaran.

Selain itu, ada juga tiga orang chief Engineering kapal bernama  Kumara, Polaronsa dan Polu yang berperan mempengaruhi dan melarang sejumlah warga imigran itu agar mau turun dan dipindahkan ke Rudenim Tanjungpinang.

Terkait pelarangan untuk turun dari kapal tersebut, ketiga imigran asal Srilanka juga memprotes keberadan Makesus Silva Kumaran, yang saat ini menurut mereka tidak bertanggung jawab, dan sedang senang-senang makan dan minum menjaga isterinya di rumah sakit, sementara teman-temanya kelaparan di atas kapal.

Selain mengalami kekurangan makanan, dan dalam dua hari ini hanya makan nasi putih dua kali sehari, Tharumabalan juga mengatakan kalau saat ini sebanyak 25 orang  sedang sakit.

Tharumabalan berharap, agar Pemerintah Indonesia dapat membantu memindahkan sejumlah WN Srilanka tersebut ke Rudenim Tanjungpinang, atau melepaskan mereka berangkat ke negara ketiga sebagai tujuan.