Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Australia Kembali Naikkan Pajak Rokok
Oleh : Redaksi
Kamis | 05-05-2016 | 13:58 WIB
rokok_tanpa_cukai.jpg Honda-Batam

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Para pemerhati kesehatan di Australia mengatakan kenaikan pajak rokok akan menurunkan jumlah perokok secara drastis. Mereka berharap Australia bisa menjadi negara bebas asap rokok di masa mendatang.

Jumlah perokok di Australia terus menurun selama beberapa dekade terakhir, dari sekitar 25 persen di awal 1990-an menjadi sekitar 13 persen saat ini.

Penuruanan ini disebabkan terus kenaikan pajak tembakau, diikuti dengan semakin ketatnya pelarangan merokok di berbagai tempat umum, dan bungkus rokok dengan kemasan polos.

Dalam pengumuman anggaran nasional Australia yang terbaru, pemerintah pusat kembali akan meningkatkan cukai tembakau.

Akan ada peningkatan pajak rokok hingga 12,5 persen selama empat tahun kedepan. Dengan peningkatan pajak ini, harga sebungkus rokok di Australia bisa mencapai $40 atau sekitar Rp 400 ribu di tahun 2020.

Peningkatan ini mendapat sambutan dari sejumlah warga perokok di Australia.

Samantha, 22 tahun, adalah mahasiswi yang mengaku jika hal ini akan semakin membuat banyak perokok memutuskan berhenti.

"Ini artinya saya harus langsung berhenti merokok. Tidak mampu untuk membeli $40 per bungkus, kebiasaan yang tidak ada artinya. Saya nanti bisa menghabiskan $200 hanya untuk merokok," ujarnya.

Yalcin, 25 tahun, warga Australia berdarah Jerman mengatakan harga rokok di Australia lebih mahal dibandingkan di negara asalnya. Tak hanya itu, ia merasa Australia pun kurang menerima keberadaan perokok.

"Saya bahkan mendapatkan kesan bahwa merokok ganja jauh lebih diterima di masyarakat, dibandingkan merokok biasa. Anda dianggap sebagai orang yang buruk jika merokok di Australia. Itu kesan saya," kata Yalcin.

Tapi lain halnya dengan Joanne, 52 tahun, yang telah merokok selama 40 tahun.

Ia mengatakan kenaikan harga tidak akan menghentikan dia dari merokok.

"Mereka [pemerintah] menargetkan wilayah yang salah. Saya pikir perokok hanya dijadikan kambing hitam untuk meningkatan pendapatan negara," katanya. Ia pun memilih untuk tetap merokok tapi mengurangi anggaran untuk berlibur.

Sementara itu, Sanchia Aranda, Direktur Eksekutif Dewan Kanker Australia, mengatakan harga menjadi faktor penting bagi orang untuk memutuskan merokok atau tidak.

"Sekitar 320.000 perokok akan mencoba dan kemungkinan besar akan berhenti... dan akan menghalangi sekitar 40.000 remaja yang berpotensi jadi perokok. Dalam jangka panjang berarti puluhan ribu kematian akibat kanker dapat dicegah, "kata Profesor Aranda.

Profesor Aranda mengatakan kanker paru-paru masih merupakan kanker yang dapat dicegah.

Sumber: ABC Radio Australia
Editor: Dodo