Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

May Day di Mata Para Buruh Pikul Pelabuhan Dabosinkep
Oleh : Nurjali
Minggu | 01-05-2016 | 15:31 WIB
buruhangkutlingga1.jpg Honda-Batam

Para buruh pikul di Pelabuhan Dabosingkep sedang menunggu kapal masuk. (Foto: Batamtoday.com/Nurjali)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Para buruh di Kabupaten Lingga dan Anambas, tidak menggelar kegiatan apa pun dalam memperingati May Day, hari buruh sedunia. 

 

Para buruh yang turun ke lapangan ini rata-rata mereka yang memiliki pendidikan dan berpenghasilan cukup lumayan, jika dibandingkan dengan penghasilan para buruh lepas atau buruh pikul.

Bagi para buruh panggul di pelabuhan, mereka tidak begitu mempedulikan peringatan hari buruh. Bagi mereka, mencari nafkah setiap waktu lebih penting daripada turun ke jalan.

Beberapa buruh panggul di Pelabuhan Dabosingkep kepada BATAMTODAY.COM menuturkan, mereka tidak begitu paham dan mengerti tentang May Day. Hanya sebagian saja dari mereka yang paham dengan hari buruh ini.

"Hari buruh saya tahu, cuma kemarin waktu diundang Polres sedikit mengertilah kita apa itu hari buruh," kata Men, seorang buruh pikul di Pelabuhan Dabosingkep.

Hari buruh sedunia itu di mata mereka tidaklah istimewa. Meskipun para buruh ini juga memiliki organisasi atau perkumpulan yang menaungi mereka. Bagi mereka, hal itu tidaklah penting. Karena prioritas utama para buruh pikul itu adalah mencari nafkah biar dapur ngepul, itu saja!

"Kalau kami ini, ada barang kami angkat, barang apa saja kami angkat yang penting dapur berasap, itu sudah cukup," kata Laode, buruh panggul lainnya.

Meski mendapat upah cukup lumayan, tapi mereka harus berhadapan dengan resiko pekerjaan yang cukup tinggi. Para buruh ini tidak mementingkan keselamatan kerja. Segala resiko mereka hadapi asalkan barang dapat terangkat dengan cepat dan mereka menerima upahnya.

"Sering ada sosialisasi pak, tapi kalau ikut aturan itu, barang lambat terangkat dan kita juga tidak terlalu mengerti. Karena di sini peralatan seadanya kita buat sendiri," tambah buruh lainnya.

Para buruh Pelabuhan ini, dalam seharinya bisa mendapatkan upah sampai ratusan ribu. Itu pun jika ada barang yang masuk. Kalau tidak, ya sepi.

" Di zaman krisis ini, barang seminggu kadang hanya tiga kali atau empat kali. Kalau dulu lumayanlah setiap hari ada kapal masuk, tapi sekarang sudah agak kurang," ungkapnya.

Para buruh di pelabuhan ini memiliki kartu anggota yang menjadi identitas. Kartu anggota tersebut dapat dijual kepada siapa yang ingin bekerja menjadi buruh. Dengan kartu anggota tersebut para buruh ini juga mendapat THR (Tunjangan Hari Raya) dan kesehatan dari kas yang mereka kumpulkan setiap menerima upah.

"Kita pakai kartu anggota, bagi yang sudah tidak mau jadi buruh lagi, mereka boleh menjual kepada yang ingin jadi buruh, tapi biasanya pekerjaan ini turun temurun," ungkap Jang, yang juga meneruskan pekerjaan orang tuanya.

Saat BATAMTODAY menemui para buruh ini, mereka sedang tidak duduk-duduk. Karena tidak ada kapal masuk. Sehingga sebagian besar dari mereka ada yang mencari ikan di laut.

Editor: Dardani