Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dinilai Lebay Jika Penagihan Pajak harus Didampingi Polisi
Oleh : Irawan
Kamis | 14-04-2016 | 14:43 WIB
Uchok.jpg Honda-Batam
Direktur Center for Budget Analysis Uchok Sky Kadafi

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kasus pembunuhan dua petugas juru sita pajak di Nias, Sumatera Utara, tidak akan terjadi kalau Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak dapat membenahi jajarannya.

Karena selama ini, masyarakat berpandangan bahwa tidak ada petugas pajak yang benar, sehingga ketika dua orang petugas juru sita pajak itu menjalankan tugasnya, turut menjadi korban.

"Kalau Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak dapat mencegah banyak kebocoran yang dilakukan jajarannya dan membenahi jajarannya yang korup, saya rasa kejadian seperti itu tidak akan terjadi. Kejadian ini saya pikir karena masyarakat menyamaratakan semua petugas pajak, sehingga ketika dua petugas yang hanya menjalankan tugas itu pun, menjadi korban," ujar Direktur Centre for Budget Analysis, Uchok Sky Khadafi, di Jakarta, Kamis (14/4/2016).

Masyarakat selama ini, jelas Uchok, enggan membayar pajak karena melihat sendiri betapa uang pajak yang mereka bayarkan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Banyaknya kebocoran, baik dari sisi penerimaan maupun penggunaan anggaran negara, membuat kewajiban membayar pajak buat masyarakat tidak ubahnya membayar upeti pada preman.

"Kalau masyarakat melihat bahwa apa yang mereka bayarkan kepada negara digunakan sebagaimana mestinya, maka tidak perlu lagi banyak petugas pajak mengejar pajak warga negara karena warga negara akan dengan suka rela melaporkan penghasilannya dan membayarkan pajaknya. Sekarang ini karena melihat petugas pajak yang kehidupannya diatas batas kewajaran, maka seringkali membuat masyarakat membenci petugas pajak," imbuhnya.

Uchok mencontohkan kewajiban membayarkan sebagian rezeki yang diajarkan oleh banyak agama seperti zakat dalam Islam, dimana hal itu dibayarkan dengan suka rela. Bahkan petugas amil zakat tidak pernah dihindari, bahkan dicari-cari orang yang mau membayar zakat.

"Tapi coba kalau amil zakatnya korup, pasti tidak ada juga umat yang mau membayar zakat," jelasnya.

Terkait permintaan Menteri Keuangan yang meminta agar petugas pajak dikawal polisi untuk mencegah terjadinya kejadian serupa, Uchok melihat hal itu terlalu berlebihan. Menteri Keuangan pun terlihat menggampangkan masalah ini dan menyalahkan masyarakat saja kalau bertindak anarkis tanpa mau introspeksi diri.

"Terlalu lebay lah kalau menagih pajak saja minta perlindungan polisi. Ini menggampangkan masalah. Menteri Keuangan terlihat tidak mau bekerja membenahi petugas pajaknya dan membenani jajaran dan sistem perpajakan yang tertutup dan membenani dengan pekerjaan tambahan. Padahal petugas pajak itu memiliki gaji yang jauh lebih tinggi di atas gaji rata-rata pegawai negeri sipil termasuk polisi," katanya lagi.

Sistem penerimaan pajak yang tertutup membuat masyarakat pun selalu mencurigai petugas pajak. Selama ini kalau masyarakat membayar pajak, tidak tahu uang pajaknya dikemanakan.

"Kayaknya hanya petugas pajak saja dan setan yang tahu ke mana uang pajak masyarakat itu dilarikan," tegasnya.

Permintaan perlindungan polisi ini juga terkesan bahwa wajib pajak adalah penjahat nomer satu yang harus diburu dengan aparat keamanan. Bahkan, petugas pajak dikawal polisi sama saja menganggap wajib pajak seperti teroris yang harus diburu bersama polisi dengan senjata.

"Saya melihat justru seharusnya wajib pajak atau warga negara yang dikawal polisi kalau didatangi petugas pajak, karena banyak perilaku petugas pajak yang melanggar hukum. Masih banyak Gayus-Gayus lain di jajaran pajak. Ini saja benahi dulu," tandasnya

Editor: Surya