Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Kepri Perlu Optimalkan Sektor Lain untuk Dukung Perekonomian
Oleh : Romi Chandra
Jum'at | 01-04-2016 | 16:46 WIB
sahmadin_sinaga.jpg Honda-Batam
Anggota Komisi III DPRD Kepri, Sahmadin Sinaga.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kondisi geografis Kepulauan Riau (Kepri) yang letaknya berbatasan langsung dengan negara lain, membuatnya harus seksama dalam menyikapi dan menjaga kekayaan laut.

Selain optimalisasi sektor perikanan sebagai pendukung perekonomian, Kepri juga perlu meningkatkan sektor lain seperti labuh tambat kapal, dan lego jangkar, sehingga dapat memperoleh penambahan  devisa Kepri di masa datang.

Menurut anggota Komisi III DPRD Kepri, Sahmadin Sinaga, Pemprov Kepri sebaiknya dapat mengambil manfaat ekonomi dari kegiatan lego jangkar kapal-kapal asing yang berada di wilayah perairan Indonesia (Batam-Karimun dan Bintan), sebelum berlabuh dan bongkar muat di pelabuhan tujuannya seperti Singapura dan Malaysia.

Ia juga mempertanyakan selama ini apakah ada pemasukan untuk kas daerah dari memanfaatkan lego jangkar kapal-kapal asing.

“Apakah ada pajak yang masuk menjadi pendapatan daerah atau negara. Kapal-kapal asing yang ship to ship (STS) tidak jauh dari Pulau Terong, Pulau Pemping, Pulau Kasu, Pulau Lengkang, Pulau Pecong, Pulau Mongkol, Pulau Granting, Pulau Pekasih, Teluk Sunti, Teluk Bakau dan pulau-pulau kecil lainnya yang berada di Kecamatan Belakang Padang? Saya rasa belum," ujarnya, Jumat (1/4/2016).

Dilanjutkan Sahmadin, tahun 2013 lalu pernah terjadi penghadangan kapal asing oleh masyarakat di sekitar wilayah pulau terdepan dari Batam, dipicu masalah perairan Pulau Nipah yang dijadikan kawasan labuh jangkar kapal atau anchorage area di STS.

Pasalnya, masyarakat geram melihat aktivitas labuh jangkar kapal karena sudah mengganggu mata pencarian nelayan sejak turun temurun. ”Dengan kondisi tersebut, sudah selayaknya Pemprov Kepri tanggap sehingga aktitas labuh tambat dan lego Jangkar lebih ditingkatkan untuk dapat meningkatkan  penambahan APBD Kepri, selain penghasilan dari DBH minyak dan gas bumi yang ada Natuna dan Anambas," katanya.

Sekarang ini tanbahnya, harga minyak dunia turun membuat penghasilan dari minyak dan gas bumi tidak maksimal. Sehingga, sudah selayaknya membangkitkan sektor lain.

Potensi kelautan Kepri memiliki sumber dari berbagai hasil, perikanan laut, wisata bahari dan pantai, ekosistem mangrove, terumbu karang dan rumput laut serta beragam jenis biota laut lainnya. Bahkan juga memiliki sumberdaya alam non hayati yaitu minyak bumi, gas alam, pasir laut, bahan tambang mineral dengan cadangan yang sangat besar dan terdapat pula barang-barang kuno bekas muatan kapal yang tenggelam.

“Luasan ini merepresentasikan bahwa di Provinsi Kepulauan Riau khususnya sangat kaya akan potensi sumberdaya. Sumberdaya ini dapat dimanfaatkan sebagai basis kegiatan perikanan, industri dan pariwisata,” tambahhya.

Selain itu untuk dapat meningkatkan APBD dari sektor Labuh tambat dan lego jangkar tidak terlepas dari peran Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal.

"Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepri beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa potensi pemasukan Kepri dari laut bisa mencapai Rp15 miliar hingga Rp20 miliar per bulan. Atau sekitar Rp180 miliar hingga Rp240 miliar per tahun. Ini semua bisa dilakukan jika kita memiliki SDM yang andal," tuturnya.

Kapal-kapal yang singgah, lego jangkar hingga melintas dari lautan Kepri merupakan potensi pendapatan yang sangat besar. Selama ini, Kepri sendiri belum memanfaatkannya.

Editor: Dodo