Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Limbah Proyek Waduk PDAM Tirta Kepri, Tanjunguban

Kontraktor Harus Bertanggung-jawab dengan Lingkungan dan Masyarakat
Oleh : Harjo
Selasa | 15-03-2016 | 16:25 WIB
2016-03-15_13.34.46.jpg Honda-Batam
Kepala PDAM Tirta Kepri Cabang Tanjunguban, Mamat (Foto : Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban- Adanya pencemaran lingkungan dari pengerjaan waduk PDAM Tirta Kepri oleh PT Indo Untung Perkasa (IUP) di Seijago Tanjunguban, kecamatan Bintan Utara yang mengakibatkan sumber air masyarakat di Lancangkuning keruh dan berbau serta badan gatal-gatal bagi yang menggunakannya, sepenuhnya merupakan menjadi tanggungjawab kontraktor proyek.


"Dampak pekerjaan proyek waduk di Seijago yang menyebabkan sumber air masyarakat tercemar dan bahkan sudah ada yang mengalami penyakit kulit atau gatal-gatal, sepenuhnya menjadi tanggungjawab kontraktor dan konsultan pengawasnya," tegas Mamat, Kepala cabang PDAM Tirta Kepri Tanjunguban kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Selasa (15/3/2016).

Mamat menegaskan, telah terjadi kesalahan dari pembangunan waduk PDAM Tirta Kepri cabang Tanjunguban, sehingga terjadi pencemaran. Pencemaran itu tidak saja terjadi terhadap sumber air bersih masyarakat sekitar. Bahkan air yang ada di waduk yang disalurkan ke konsumen PDAM, juga sempat tercemar, dan airnya menjadi keruh.

"Kalau pencemaran air yang disalurkan ke konsumen sudah ditanggulangi. Air yang disalurkan ke konsumen sudah kembali normal untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Namun untuk sumber air masyarakat yang tercemar, sepenuhnya tanggungjawab dari kontraktor. Kita sudah meminta agar kontraktor mencari solusi agar pemukiman  masyarakat tidak lagi tercemar," tegasnya.

Begitu juga dengan warga yang sudah menjadi korban pencemaran lingkungan. Pihak kontraktor juga harus memberikan solusi, agar selain bisa mendapatkan sunber air bersih, juga tidak terjangkiti penyakit kulit.

Sejatiya katanya lagi, pengerjaan proyek tersebut, tidak mengganggu produksi air PDAM Tirta Kepri Cabang Tanjunguban dan masyarakat sekitar.

"Kita sudah tegaskan agar masyarakat yang menjadi korban diperhatikan dan kegiatan pengerjaan kontraktor tidak mengganggu produksi air PDAM. Kesalahan terlihat memang sepele, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Buktinya, kolam milik warga juga menjadi korban dan tanaman yang seharusnya bisa di siram, juga menjadi rusak karena sumber air tercemar," terangnya.

Belum lagi limbah lumpur yang sudah mengendap di sepanjang parit pembuangan limbah dari waduk, juga harus diperhatikan. Jangan sampai hal tersebut menimbulkan permasalahan baru di tengah masyarakat.

"Antara proyek, produksi air dan sumber kebutuhan air masyarakat, harus tetap sama-sama berjalan dan tidak ada yang tergaganggu," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kasi Pengawas Produksi PDAM Tanjunguban, Zulkifli menyampaikan, pihaknya telah menegur langsung kontraktor, agar selama pengerjaan proyek pembangunan di waduk tersebut, tidak membuang limbahnya melalui pemukiman masyarakat.

"Kita sudah sampaikan kepada kontraktor, agar tidak membuang limbah selama pekerjaan berlangsung. Untuk warga yang terkena dampak limbah, hingga sudah ada yang terkena penyakit kulit berupa gatal-gatal agar diupayakan diberikan konpensasi, terutama selama sumber air tidak bisa dimanfaatkan," ujarnya kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Senin (14/3/2016).

Hanya saja Zulkifli berdalih dan mengaku tidak mengetahui proses pembuatan AMDAL proyek pembangunan Waduk PDAM Tanjunguban itu. Alasannya, pekerjaan bernilai Rp8 miliar tersebut merupakan proyek pemerintah yang bersumber dari dana APBN.

Sementara itu Almer, yang merupakan salah satu konsultan pengawas dari proyek waduk PDAM Tanjunguban yang dikerjakan oleh PT Indo Untung Perkasa (IUP), hingga berita ini diterbitkan, belum memberikan jawaban secara resmi.

Kejadian itu bermula sejak kontraktor mulai mengerjakan perluasan waduk. Limbah air buangan yang bersumber dari waduk, melintasi pemukiman warga RT 01/ RW 01, Desa Lancangkuning. Sehingga limbah air bercampur lumpur dan berbau busuk itu meresab dan mencemari sumur warga sekitar.

Sukarni (50), Ibu Rumah Tangga di kampung tersebut, kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Senin (14/3/2016) menyampaikan, selama ini sumur warga berwarna bening dan jernih. Namun sejak pembuangan air limbah waduk PDAM, sumur warga menjadi berwarna kekuningan dan berbau lumpur.

"Celakanya  air limbah yang melintasi pemukiman, meresap  ke puluhan  sumur warga. Selain berwarna kekuningan juga menimbulkan bau busuk. Bahkan sudah beberapa warga yang terserang penyakit kulit, karena memanfaatkan air tersebut," ujar Sukarni. Baca: Limbah Lumpur Berbau Busuk, Cemari Sumber Air Warga Lancangkuning

Menurut Sukarni, untuk mencari sumber air bersih lainnya, tempatnya sangat jauh dari pemukiman. Sehingga warga nekat memanfaatkan air yang tercemar tadi untuk mandi dan memenuhi kebutuhan lainnya.
Akibatnya beberapa warga mengalami gatal- gatal di sekujur tubuhnya. Bahkan, kolam ikan milik masyarakat, juga sebagian besar mati mendadak.

"Kemarin karena tidak ada air bersih, maka mau tidak mau air yang keruh kita manfaatkan. Akibatnya badan kami gatal-gatal," ujar Sukarni yang sejak 8 tahun lalu mengalami lumpuh, paska kecelakaan yang langsung diamini oleh sejumlah warga lainnya.

Sementara itu, Suwarsono, Kaur Pemerintahan Desa Lancangkuning, Kecamatan Bintan Utaram menyampaikan,  pihak Desa sudah menyampaikan permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Walaupun pihak kontraktor dan konsultan  sudah turun kelapangan, namun mereka belum menemukan solusi agar warga tidak terganggu atau mendapatkan imbas dari pekerjaan tersebut.

"Kita sudah ketemu langsung dengan pihak kontraktor dan konsultannya. Namun sampai saat ini, belum ada solusinya. Pihak Desa berharap, pihak kontraktor dan konsultan juga lebih peduli dengan lingkungan sekitar," katanya.

Santoso, pengawas alat berat PT Indo Untung Perkasa yang mengerjakan proyek waduk tersebut secara terpisah mengakui adanya pencemaran terhadap pemukiman warga akibat aktifitas pekerjaan proyek tersebut.

Menurutnya, pihak perusahaan sedang mengusahakan agar pencemaran tersebut segera bisa ditanggulangi dan air kembali bisa dimanfaatkan warga.

"Saat ini kita sedang menanggulangi agar pencemaran tersebut bisa diatasi. Mudah-mudahan dalam dua hari kedepan, sumber air warga tidak lagi tercemar dan bisa dimanfaatkan kembali," ujarnya.

Editor : Udin