Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Jurus Menyelamatkan Diri dari Target Spy
Oleh : Redaksi
Sabtu | 27-02-2016 | 09:26 WIB
tas_anti_spy_by_bbc.jpg Honda-Batam
Tas anti paparazzi Adam Harvey mengeluarkan lampu begitu terang sehingga semua foto yang diambil atas objek itu akan rusak. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Washington DC - Sementara buku baru pembuat film Laura Poitras mengungkapkan pengalaman dalam dunia mata-mata, Fiona Macdonald menelaah bagaimana seniman menggunakan bahan rahasia dan teknologi spionase.

Saya sudah tidak menulis selama lebih setahun karena khawatir kata-kata ini bukan urusan pribadi. Dengan kata-kata itu, Laura Poitras memulai catatan yang mendokumentasikan kehidupannya sebagai bahan pengamatan pemerintah Amerika Serikat.

Seniman, wartawan Amerika dan pemenang Oscar tahun 2015 lewat Citizenfour, sebuah dokumenter yang memperlihatkan Edward Snowden membocorkan rahasia pada waktu sebenarnya.

Ternyata dia telah diikuti selama sepuluh tahun sebelum menarik perhatian umum lewat dokumenternya My Country, My Country tahun 2004.

Poitras kemudian menemukan dia masuk dalam daftar pengawasan pemerintah federal karena memfilmkan serangan pemberontak Irak dari atap sebuah rumah di Baghdad.

Dia mengatakan rekaman selama delapan menit itu tidak mengungkapkan apapun terkait pemberontak atau posisi militer AS, tetapi hal ini sudah cukup untuk membuatnya dimasukkan dalam daftar.

Ini sudah cukup membuatnya cemas, sulit tidur atau berpikir jernih, seperti ditulisnya dalam catatan yang dipertontonkan lewat pameran baru di Whitney Museum of American Art, New York.

Sebagian isi jurnal itu juga muncul pada buku baru yang beredar tanggal 23 Februari, mengungkapkan pemikiran seniman, novelis dan akademisi negara modern pemata-mataan massal.

Dengan sumbangan dari Dave Eggers, Ai Weiwei dan Snowden sendiri, buku ini dijual sebagai panduan “cara” hidup di masyarakat yang mengumpulkan informasi pribadi dalam jumlah sangat besar”. Saya berjuang menghadapi kecemasan saya. Saya tidak bisa istirahat atau tidur – Laura Poitras.

Dengan sub-judul A Survival Guide for Living Under Total Surveillance, buku ini adalah catatan tangan pertama orang yang dijadikan objek mata-mata sama seperti ruang pribadi pada Big Brother.

“Saya berjuang menghadapi kecemasan saya,” tulis Poitras. “Saya tidak dibiarkan istirahat atau tidur. Mata berdenyut, tenggorokan kering dan benar-benar siap untuk digerebek.”

Dia tidak bermaksud memasukkan begitu banyak jurnalnya ke dalam buku, tetapi ketika dia mencatatnya, dia mengatakan kepada Wired, “Saya menyadari bahwa ini adalah dokumen sumber pertama tentang cara memperlakukan realita tertentu”.
Ini adalah pendalaman yang membuat pameran Whitney melampaui perdebatan akademis. 

Ini adalah sesuatu yang semakin banyak seniman sumbang: keterlibatan tentang seperti apa dimata-matai, tanpa dikaitkan dengan berita utama.

Meskipun tidak semua dari mereka memiliki pandangan pribadi Poitras, banyak yang dapat menandai pengalaman dimata-matai dalam cara yang lebih dari sekedar dokumen rahasia. Mereka juga dapat mengajarkan kita tentang bagaimana hidup dalam keadaan dimata-matai.

Sebagian memberikan gambar yang tidak ada. “Kita terbiasa dengan mediasi perang, liputan langsung kaget dan kagum, kamera yang memperlihatkan gerakan nano detik peluru kendali.

Sebelum TV, radio melaporkan dari medan perang, sebelum fotografi, koran mengirim ilustrator ke wilayah konflik,” kata seniman 
Inggris James Bridgle.

Untuk projek Drone Shadows nya, James Briddle membuat kerangka pesawat tak berawak di jalan kota, yang ini di Hertford, Jerman.

Pada tahun 2012 Briddle dan disainer Einar Sneve Martinussen membuat serangkaian lukisan Drone Shadows, menggambarkan garis besar dari apa yang Briddle sebut “robot kematian terbang” langsung ke jalan kota untuk memperlihatkan gambaran mengerikan, setengah rekonstruksi kejahatan, setengah peta militer.

Briddle menjadi tertarik dengan pandangan pesawat tak berawak, membaca sejumlah laporan tentang beberapa serangan di Pakistan, Somalia dan Yaman, yang dikunpulkan dari saksi mata dan media setempat oleh the Bureau of Investigative Journalism.

“Saya tersentak karena tidak adanya foto,” katanya. “Perang ini, yang paling maju teknologinya dan sepertinya tidak akan pernah berakhir, tidak memiliki gambar.

Kita terbiasa dengan mediasi perang, liputan langsung shock and awe, kamera yang memperlihatkan gerakan peluru kendali dalam nano detik – James Briddle

Sementara pada saat yang sama, kita menghabiskan waktu sepuluh tahun terakhir terus menerus memfoto planet dari angkasa luar dan membuat jaringan berbagi foto yang menghubungkan kamera satu orang dengan orang-orang lainya.
Dia mengaitkan berbagai hal ini dan mulai menempatkan gambar satelit Google Maps “lansekap perang pesawat tak berawak” di media sosial setiap kali serangan dilaporkan.

“Desa di Waziristan, jalan sepi di padang pasir Shabwa, pemukiman pantai di Shabelle, tempat yang tidak dikunjungi wartawan atau tentara Barat, dibom robot, difoto robot lainnya, disebarkan Instagram, Twitter, Tumblr.”

Burqa anti pesawat tak berawak buatan Adam Harvey dan Johanna Bloomfield bagian dari koleksi Stealth Wear.
Projek Dronestagram nya meliput kejadian dari tahun 2012 sampai 2015, mengumpulkan 121 post dan 20.000 pengikut.

Seniman lain menciptakan karya untuk menentang semakin meningkatnya kegiatan mata-mata. Rancangan Adam Harvey memperlihatkan anti-pengawasan lewat pakaian, menggunakan fashion untuk mengembalikan kekuasaan pada pihak yang dimata-matai.

Seni memiliki kelebihan karena berada di wilayah ‘demiliterisasi’ dimana kita bisa mengkaji pandangan masing-masing. Adam Harvey

Ini adalah “reaksi alamiah terhadap kehidupan dalam lingkungan pemata-mataan massal,” katanya kepada BBC Culture. “Selalu diawasi CCTV, terjebak dalam foto-foto media sosial, nomor kendaraan dipindai dan wajah kita dianalisa tidaklah nyaman, ini menimbulkan kecemasan.”

Usaha Harvey untuk menangani kecemasan melibatkan koleksi ‘stealth wear’ yang berisi ‘pakaian anti pesawat tak berawak’ terbuat dari bahan reflektif untuk menghindari pengambilan gambar suhu dan kantung yang memungkinkan pemakainya menghambat signal telepon genggam.

Dompet logamnya menghentikan kartu kredit dipindai identifikasi frekuensi radio (RFID) sementara dompet Camoflash anti-paparazzi nya mengeluarkan cahaya yang begitu terang sehingga semua foto akan rusak.

“Seni dan disain dapat mengatasi pemata-mataan massal lewat cara yang tidak bisa dilakukan industri manapun,” kata Harvey. “Seni memiliki kelebihan berada di wilayah ‘demiliterisasi’ di mana kita bisa mengkaji pandangan masing-masing sebelum melakukan tindakan langsung.

Tas anti paparazzi Adam Harvey mengeluarkan lampu begitu terang sehingga semua foto yang diambil atas objek itu akan rusak.
Atau seni dan disain dapat melibatkan penonton yang berbeda pandangan, seperti Pentagon dan orang fashion.”

Projek CV Dazzle Harvey didasarkan ‘lukisan menyilaukan” yang menutupi kapal perang Perang Dunia Pertama. Dia melakukan percobaan dengan berbagai campuran make-up dan gaya rambut untuk menemukan pola yang tidak bisa dikenali perangkat lunak identifikasi wajah.

Dia percaya karyanya akan berpengaruh tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran. “Seni menentukan kenormalan baru dan mendorong kita ke hasil yang lebih baik,” katanya.

“Dan saya pikir seni anti-pemata-mataan membantu memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut memiliki kelemahan. Operasi ini memiliki kerapuhan (pengambilan gambar berdasarkan suhu dihambat kain besi), algoritma identifikasi wajah dapat dipatahkan dengan gaya rambut yang berbeda, atau dijual sebagai teater keamanan (pemindai tubuh bandara gagal melihat sejumlah barang yang disembunyikan).

"Ketika kita mengatasi ketakutan dan kecemasan terkait teknologi ini, maka kita dapat melihat semua hal ini tidak berguna, apakah dalam hubungannya dengan biaya dalam bentuk uang atau ruang pribadi."
Balikkan kamera

Seniman lain membalikkan teknologi mata-mata terhadap pelakunya. Ketika Google menolak permintaan John Gerrad untuk memfoto data pertanian di Oklahoma, seniman digital Irlandia ini menyewa helikopter dan melakukan survei foto rinci dari udara.

Karya seni ini memperlihatkan cara menarik untuk merasakan keterbatasan kekuasaan, dan untuk kepentingan siapa. Cadence Kinsey

Menurut Gerrad, ketika dia menanyakan polisi setempat tentang sisi hukumnya, mereka mengatakan, ”Yang saya bisa katakan, angkasa itu gratis.” Seperti yang dilaporkan Google, dia “mengalahkan Google, memperlihatkan sesuatu yang tidak begitu indah.”

Seniman yang menelaah masalah ruang pribadi sering kali melihat perimbangan kekuasaan, menurut Cadence Kinsey, pimpinan projek penelitian University College London bernama Art after the Internet.

“Teknologi komunikasi memungkinkan orang mendapatkan dan berbagi informasi, tetapi teknologi yang sama juga dapat dipakai untuk mengumpulkan informasi tentang seseorang lewat teknik pemata-mataan massal,” katanya kepada BBC Culture.

“Dinamika kekuasaan yang bersaingan ini adalah inti dari kebanyakan mitos kebudayaan kita tentang hampir semua teknologi yang membebaskan dan menguasai, sebuah mekanisme penolakan tetapi juga eksploitasi. Karya seni ini memberikan cara menarik tentang keterbatasan kekuasaan dan siapa yang diuntungkan.”

Pendalaman ini mulai dari peta serangan pesawat tak berawak sampai ke aksesori fashion yang memungkinkan ruang pribadi. 
“Di satu sisi, anti pemata-mataan membuat ruang publik lebih dapat diterima. Di sisi lain, hal ini juga tentang secara langsung melawan ketidaksetaraan kekuasaan lewat temuan kreatif sehingga menciptakan posisi yang lebih seimbang,” kata Harvey.

Mengkaji keterbatasan kekuasaan juga menyentuh kegiatan mata-mata birokrasi, dokumen rahasia. Seniman terlibat dengan pembocoran Snowden secara langsung, mengungkapkan dokumen dalam cara yang seringkali lebih menarik daripada laporan berita. Foto Trevor Paglen memperlihatkan pemandangan laut di bawah ombak, tetapi kemudian terlihat bentuk mirip ular di dasar laut.

Seniman AS ini memiliki sertifikat menyelam sehingga dia dapat mendokumentasikan kabel fibre optic di lepas pantai Florida, kabel yang mengantarkan komunikasi internet, dan menurut dokumen yang dibocorkan Snowden, dimata-matai NSA.

“Ketika kita membicarakan internet atau pemata-mataan massal, pada dasarnya kita membicarakan dua sisi uang logam, kita menggunakan metafora untuk menjelaskannya, cloud, world wide web, Information Superhighway dsb,” kata Paglen kepada Vice. “Tetapi...dimana pemata-mataan massal dibuat, dan seperti apa bentuknya?”

Dimana barang pemata-mataan massal dibuat, dan seperti apa bentuknya? Trevor Paglen Jenny Holzer membuat lukisan wajah smiley pada slide NSA (digambar disamping rencana mengelabuhi enkripsi ). Dia mengatakan “Saya membuat doodle karena terlihat bersahabat dan sinis. Saya berpikir apakah Snowden pahlawan, pengkhianat, atau kedua-duanya. Saya membayangkan apa yang seharusnya saya tahu dan akan saya apakan informasi tersebut.”

Apakah karya seniman seperti Briddle atau Paglen mengubah keadaan? Kinsey tidak begitu yakin. “Apakah mengungkapkan lokasi operasi rahasia pesawat tak berawak atau kabel sadapan NSA cukup untuk menghadapi mereka?” dia bertanya.

“Sampai sejauh apa karya seperti ini dapat membagi kekuasaan dengan mengungkapkan informasi?” Sementara mengakui dengan memahami hubungan teknologi dan masyarakat, seni seperti ini memiliki sisi pegiat, kata Kinsey. “Ini adalah strategi berbeda dari yang diadopsi gerakan seni sebelumnya yang berhubungan dengan teknologi komunikasi, seperti Tactical Media.”

Dia mengacu kepada kelompok seperti Critical Art Ensemble dan Electronic Disturbance Theatre, yang melakukan serangan DDoS . “Meskipun tidak harus melibatkan informasi rahasia, kelompok ini jelas berhubungan dengan bentuk perlawanan aktif melawan kekuasaan, mereka berusaha menghentikannya, bukan hanya mengungkapkan.”

Mungkin pameran Whitney memperlihatkan bentuk yang lebih halus perlawanan, dengan meminta pengunjung untuk melihat materi rahasia, mereka juga meminta pengunjung untuk terlibat, secara tidak langsung, dengan pihak yang dianggap pengkhianat oleh pemerintah AS. “Muncul dilema saat melihat pameran Laura Poitras...adalah suatu pelanggaran melihat barang rahasia.

Tetapi hal ini terbuka dan dipamerkan agar Anda dapat melihatnya,” kata Harvey.”Jika Anda tidak melihatnya Anda tidak bisa memahami tingkat pemata-mataan massal. Jika Anda melihatnya kemungkinan lokasi telepon genggam Anda direkam. Siapa yang tahu.” Kita tidak lagi bisa menjadi subyek pasif pemata-mataan, dia meyakini.

“Begitu Anda melihatnya, Anda tidak bisa tidak akan melihatnya...Saya menyukai ketegangan yang diciptakan dilema ini. Hal ini memaksa semua orang yang mengunjungi pameran untuk mengambil keputusan.” (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani