Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Limbah Minyak Tahunan Datang, Nelayan di Bintan Utara Hanya Bisa Urut Dada
Oleh : Harjo
Senin | 22-02-2016 | 13:54 WIB
nelayan-binut-jaring-kena-l.jpg Honda-Batam
Amrah, nelayan Kampung Sekera menunjukkan jaring penangkap ikan miliknya yang terkena limbah minyak hitam. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Setiap tahun di kala musim angin utara tiba, sejumlah nelayan di Kampung Rambutan Kecamatan Teluksebong dan Kampung Sekera Kecamatan Bintan Utara, hanya bisa mengurut dada. Karena, apabila 'tamu yang tidak diundang' berupa limbah minyak hitam datang yang tidak pernah diketahui sumbernya, secara otomatis musibah menghampiri para nelayan dan keluarganya.

Bagaimana tidak, limbah minyak hitam yang datang menganggu aktivitas nelayan dan yang lebih parah semua alat tangkap ikan seperti jaring, bubu, kelong laut akan rusak dan tidak bisa di pergunakan kembali.

Sangat disayangkan permasalahan yang terkesan menjadi tradisi menyengsarakan para nelayan ini, tidak pernah ada solusinya, walaupun hal tersebut bukan rahasia umum bagi pemerintah dan instansi terkait.

Ramli, salah seorang nelayan Kampung Sekera, Kelurahan Tanjunguban Utara Kecamatan Bintan Utara kepada BATAMTODAY.COM mengatakan permasalahan limbah minyak hitam yang menjadi momok bagi masyarakat nelayan, bukan sesuatu yang langka. 

"Mungkin bukan hanya nelayan yang merasa bosan melaporkan kejadian ini. Sebaliknya pemerintah dan instansi terkait pun juga sudah terlalu sering mendapatkan laporan. Sehingga apabila mendengar ada limbah dianggap hal yang sudah biasa. Namun harapan nelayan jelas menyampaikan laporan untuk mencari solusi, minimal ada perhatian dan tidak hanya di abaikan begitu saja," keluhnya, Senin (22/2/2016).

Sementara, Amrah, nelayan Kampung Sekera lainnya yang memiliki satu-satunya jaring tangkap ikan mengaku terpaksa membuang jaring miliknya, karena bila sudah terkena limbah secara otomatis selain rusak jika dipakai pun ikan tidak akan pernah didapat.

"Kalau jaring sudah terkena minyak atau limbah, dengan terpaksa harus dibuang. Karena kalau terus dipakai pun tidak akan ada manfaatnya lagi, mencium bau minyak saja ikan sudah tidak akan mendekat. Artinya jangan berharap masih bisa menangkap ikan," terangnya.

Amrah menyampaikan datangnya limbah, sudah menghilangkan pendapatan keluarga dan ekonomi keluarga nelayan pun terganggu.

"Tidak terganggunya alat tangkap saja keluarga kami susah, apalagi kalau alat tangkap sudah tidak bisa dipakai. Jelas, kehidupan nelayan akan semakin susah dan semakin jauh dari kata sejahtera seperti yang sering disampaikan oleh para pejabat publik saat turun masyarakat akan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Usman alias Atan nelayan yang berdomisili di Kampung Rambutan. Menurutnya terkait masalah limbah dan keluhan masyarakat memang sudah sering ada tim yang turun ke lapangan. Namun sampai saat ini, belum juga ada solusinya.

"Kita memang tidak mengetahui datangnya dari mana yang nelayan ketahui limbah berupa minyak hitam dari laut terbawa arus dan mengotori pantai atau dimana tempat masyarakat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hingga saat ini, hanya sebuah harapan agar ada perhatian dari pemerintah dan instansi terkait minimal ada solusi berupa antisipasi dan cara cepat menghilangkan limbah saat sudah sampai di pantai," harapnya.

Editor: Dodo