Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ARLI Tolak Pembatasan Ekspor Rumput Laut
Oleh : Irawan
Rabu | 17-02-2016 | 18:55 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta-uasnya sebaran usaha budidaya rumput laut baik di sepanjang pantai maupun di areal tambak telah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu produsen utama rumput laut dunia. 


Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan  mencatat produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2015 mencapai 10.335.000 ton basah atau jika dikonversi menjadi 1.033.500 ton kering.

Di sisi lain, serapan industri dalam negeri terhadap rumput laut dinilai masih sangat rendah, yakni hanya mencapai 87.429 ton kering. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis di Menara Kadin, Rabu, (17/2/2016).

“Pasokan dan budidaya rumput laut masih banyak tersedia di dalam negeri, tapi serapannya masih rendah. Oleh karenanya, para pelaku usaha rumput laut terus berusaha agar rumput laut itu bisa diekspor sembari membangun daya saing industri dalam negeri. Karena sebenarnya pasar luar negeri yang selama ini berkontribusi terhadap berkembangnya budi daya rumput laut di Indonesia, ” kata Safari. 

Dia mengatakan, terlepas dari krisis global yang ikut memperparah pemasaran dan penyerapan rumput laut  dan produk olahannya, nyatanya Indonesia masih mampu meningkatkan volume ekspornya dari 200.706 ton di tahun 2014 menjadi 206.305 ton di tahun 2015.

“Volume ekspornya memang naik, walaupun nilainya menurun karena rendahnya harga pembelian akibat adanya rencana pengenaan bea keluar (BK) dan larangan ekspor pada tahun 2015,” jelas Safari.

Pembatasan Ekspor

Alih-alih meningkatkan daya saing industri dan penyerapan dalam negeri pada rumput laut, sekarang ini para pemangku kepentingan dihadapkan pada wacana pengenaan bea keluar  hingga larangan ekspor bertahap bagi komoditas rumput laut dalam rangka hilirisasi.

“Produksi rumput laut meningkat setiap tahunnya, ada persediaan masih banyak. Kondisi sekarang ini serapan pasar rendah, kalau tidak diekspor mau diapakan persediaan itu, sementara permintaan pasar luar negeri cukup baik,” ungkap Safari.

Selain mendukung hilirisasi, kata Safari, pihaknya mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam penguatan dan penumbuhan industri olahan rumput laut nasional. Namun, pihaknya juga mendukung pemanfaatan peluang pasar luar negeri, dengan melakukan pemenuhan bahan baku yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri yang dituju. 
 
“Kita harapkan pemerintah bisa mengambil langkah-langkah yang strategis agar pengembangan komoditas rumput laut bisa optimal baik dari sisi industri pengolahannya hingga ke perdagangannya agar bisa berpihak pada petani dan pemangku kepentingan lainnya dari hulu hingga hilir,” kata Safari.

Menurut Safari, perlindungan tehadap sektor hulu perlu diperhatikan dengan baik. Pasalnya, pembatasan ekspor rumput laut memiliki dampak sosial ekonomi yang cukup serius, terutama bagi kesejahteraan petani karena rumput laut merupakan salah satu alat jaring pengaman sosial.

“Kalau ekspornya dibatasi, tentu akan merusak harga rumput laut di tingkat petani dimana pihak-pihak tertentu dapat menekan harga ke tingkat yang lebih rendah. Jika sudah begitu, petani tidak akan berminat lagi mengembangkan rumput laut,” pungkas Safari.

Editor : Surya