Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

MPR RI Nilai Pentingnya TNI dan Polri Diajak untuk Sosialisasikan Empat Pilar
Oleh : Surya
Selasa | 16-02-2016 | 08:24 WIB
IMG-20160216-WA000.jpg Honda-Batam
Ketua Badan Sosialisasi MPR RI Ahmad Basarah

BATAMTODAY.COM, Manado-Ketua Badan Sosialisasi MPR RI Ahmad Basarah menilai kelompok-kelompok strategis seperti TNI dan Polri diajak untuk mensoalisasikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.


Sebab, mereka memegang peranan penting dalam menjaga ideologi bangsa dan suksesnya pembagunanan nasional dan daerah.

"Pentingnya MPR mengajak kelompok-kelompok strategis bangsa Indonesia dalam mensosialisasikan Pancasila agar urusan pembangunan mental ideologi bangsa, bukan sekedar menjadi tanggung jawab MPR," kata Basarah saat Sosialisasi 

Empat Pilar MPR RI di Manado, Senin (15/2/2016) malam.
Sosialisasi Empat Pilar ini terselenggara hasil kerjasama MPR RI dengan Kodam VII Wirabuana yang diikutu ssekitar 2000 peserta yang memenuhi ruang Aula Gubernur Sulawesi Utara tempat sosialisasi berlangsung. 

Mereka berasal dari unsur Korem 151/STG, Babinsa, Babinkamtibmas, LSM, Kodim 1302/Minahasa, Kodim 1303/Bolmong, Kodim 1309/Manado, Kodim 1310/Bitung, unsur organisasi masyarakat seperti HMI, GP Anshor, veteran, serta pelajar dan mahasiswa.

Sosialisasi dibuka Wakil Ketua MPR Oesman Sapta dan dihadiri Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti, Danrem Brigjen TNI Sulaeman Gusto, Pembicara dalam sosialisasi Empat Pilar MPR ini antara lain Ketua Fraksi Partai Nasdem MPR Prof Dr Bachtiar Aly.

Menurut Basarah, salah satu kelompok strategis nasional yang wajib dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi empat pilar MPR tsb adalah TNI/Polri dan segenap jajaran keluarga besarnya. 

"Saat ini Indonesia dalam ancaman serius dua ideologi transnasional yang tengah beroperasi di Indonesia secara terstruktur, sistematis dan masif, yaitu ideologi neoliberalisme dan fundamentalisme agama," katanya.

Neoliberalisme, katanya, masuk ke Indonesia melalui propaganda nilai-nilai individualisme dan liberalisme yang menjadi pintu masuk kepentingan kapitalisme global dengan sistem fundamentalisme pasarnya.

Sementara ideologi fundamentalisme agama masuk dengan doktrin keagamaan yang sempit yang ingin menciptakan negara Islam Indonesia dengan sistem kilafah dunia. 

"Kelompok ini masuk dengan mengeksploitasi kemiskinan di Indonesia dengan mengajak orang-orang yang labil iman keagamaan dan rasa nasionalismenya untuk masuk dalam gerakan radikalisme mereka," katanya.

Karena itu, lanjutnya, dalam menghadapi dua ancaman strategis bangsa Indonesia tersebut salah satunya dengan menanamkan menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam pikiran dan jiwa masyarakat Indonesia agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Hal ini tentu saja tidak cukup hanya dengan sosialisasi empat pilar, harus diikuti juga dengan gerakan pembudayaan Pancasila," katanya.

Untuk mewujudkan hal itu, menurut Basarah, diperlukan gotong royong antara MPR dengan lembaga eksekutif di semua tingkatan,  serta lembaganegara lainnya untuk suksesnya gerakan pembudayaan Pancasila.

Editor : Surya