Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pesan Cinta dari Lombok untuk Media Online
Oleh : Saibansah
Rabu | 10-02-2016 | 08:00 WIB
jokowi_ke_hpn_lombok.jpg Honda-Batam
Presiden Jokowi menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Lombok NTB. (Foto: Panitia HPN 2016)

INTROSPEKSI. Itulah pesan kuat yang disampaikan Jokowi saat pertamakalinya sebagai Presiden RI, menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Sebagai "media darling", Jokowi menyampaikan pesan cinta untuk semua insan pers. Namun ada pesan cinta khusus untuk media online. Apa itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Ada yang melegakan di awal pidatonya sebagai Presiden RI di HPN 2016 di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Yaitu, menegaskan kembali, dirinya meminta maaf karena tidak hadir di acara puncak HPN 2015 di Hotel Harmoni One, Batam. 

"Tadi Ketua Umum PWI mengungkit-ungkit kembali ketidakhadiran saya di HPN tahun lalu, padahal saya sudah minta maaf," begitu tutur "media darling" itu mengawali pidatonya. 

Ini adalah permintaan maaf Jokowi yang ketiga karena tidak hadir di HPN 2015 di Batam. Pertama, dia meminta maaf di acara silaturahmi bersama komunitas pers nasional di auditorium Televisi Republik Indonesia (TVRI) Nasional, Jakarta, pada Senin, 27 April 2015 lalu. Kemudian, permintaan maaf kedua disampaikannya di Istana Negara Jakarta, saat menerima Panitia HPN 2016 Lombok, Desember 2015 lalu.

Ungkapan permintaan maaf itu disampaikannya tanpa melihat teks pidato yang telah disiapkan oleh staf kepresidenan, menjawab dari sambutan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, H. Margiono yang mengatakan, “kami semua bersyukur bahwa Bapak Presiden beserta Ibu Negara sudah berada di tengah-tengah kita. Betul-betul sudah berada di tengah kita. Tidak perlu ada yang khawatir, tidak perlu ada yang bertanya-tanya lagi.” 

Selanjutnya, sebagai "media darling" Jokowi menyampaikan sejumlah kritik terhada pers. Diantaranya adalah, kerapkali media massa membuat masyarakat menjadi pesimistis. Presiden menyebutkan judul-judul seperti berita yang dimaksudnya itu. "Indonesia Diprediksi Akan Hancur", "Indonesia Akan Bangkrut", "Rupiah Terhadap Dollar akan Tembus 15 Ribu", "Jokowi-JK akan Ambruk" dan masih banyak lagi lainnya. 

"Judul seperti ini, jika diteruskan yang muncul adalah pesimisme, yang muncul adalah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik. Padahal itu hanyalah asumsi, tapi akan sangat mempengaruhi," kritik "media darling" itu.

Khusus untuk media online, Presiden mengaku, dirinya selalu membaca berita-berita di media online. Terutama, saat di mobil dan kesempatan lainnya. Ternyata, banyak berita di media online yang masih tidak patuh pada kaidan jurnalistik dan kode etik pers. Karena mengejar kecepatan, sehingga mengabaikan aturan, bahkan cenderung menghakimi. 

Itulah pesan cinta yang disampaikan khusus oleh si "media darling" itu kepada para wartawan yang bergerak dalam bisnis media online. 

Padahal, lanjut Jokowi, dirinya berharap pers Indonesia bisa menjadi corong untuk menggerakkan dan membangun optimisme publik serta etos kerja masyarakat agar produktivitas masyarakat terjaga dengan baik. Untuk itu, Jokowi berharap, ke depan agar pers Indonesia membangun optimisme publik dan etos kerja masyarakat. 

Tak lupa, di akhir pidatonya, Jokowi mengucapkan, selamat hari pers nasional. 

Terimakasih Jokowi.

Editor: Dodo