Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menjolok Tiongkok, Jepang Melayang
Oleh : Redaksi
Senin | 08-02-2016 | 08:00 WIB
pencaker_di_batam.jpg Honda-Batam
Ribuan para pencari kerja di Batam. (Foto: Marumpa)

TAHUN 2016 ini, kembali pemerintahan Presiden Jokowi diuji. Ujian kali ini, berdampak langsung pada nasib ribuan rakyatnya sendiri. Jika tepat  mengambil keputusan, jutaan rakyat Indonesia bisa meraih harapan. Jika tidak, makin sengsaralah nasib mereka. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM

Ujian itu adalah gelombang penutupan perusahaan investasi asing, khususnya asal Jepang. Investor Jepang yang sudah puluhan tahun membuktikan komitmennya untuk terus berusaha dan tumbuh bersama di Indonesia. Kini, di era pemerintahan Jokowi, mereka memilih untuk balik kanan. 

Pada saat yang sama, paket-paket kebijakan pemerintahan Jokowi ini, lebih memberi angin segar dan karpet merah bagi para investor dari daratan Tiongkok. Bahkan, proyek kereta api cepat, Jakarta-Bandung yang mula-mula akan digarap oleh investor Jepang, dengan pertimbangan pengalaman dan jam terbangnya, tapi last minute justru dialihkan kepada investor Tiongkok. 

Keputusan ini sempat membuat pemerintah Jepang meradang. Tapi apa daya, Jepang harus mengakui, di era pemerintahan Jokowi ini, Tiongkok connection jauh lebih perkasa dan berjaya. Orang-orang di ring-1 yang mempengaruhi keputusan-keputusan Jokowi, lebih banyak Tiongkok connection.  

Sementara Jepang connection tak mampu menembus ring-1 Jokowi. Bahkan, salah satu menteri yang latarbelakang bisnisnya berafiliasi dengan Jepang, sudah dicopot. Itulah kenyataannya.    

Kini, dengan dalih ekonomi dunia sedang lesu, sejumlah investor Jepang memilih untuk mengakhiri bisnisnya di negeri ini. Lalu, ribuan tenaga kerja tiba-tiba kehilangan sumber penghidupan.   

Perusahaan Jepang yang sudah menutup usahanya di Indonesia itu adalah PT. Panasonic di Pasuruan dan Jawa Timur yang  memiliki 1.600 orang karyawan. Menyusul kemudian, PT. Toshiba. 

Akibatnya, total 2.500 orang karyawan dari kedua perusahaan raksasa Jepang itu harus kehilangan pekerjaan. Kini, perusahaan milik PT. Toshiba yang tersisa hanya di Batam, yaitu Toshiba Printer. 

Selain itu, PT. Sandoz Indonesia juga telah tutup, mulai Maret 2016. Akibatnya,  200-an orang kehilangan pekerjaan. Lalu, PT. Chevron Indonesia kabarnya juga sedang mempertimbangkan untuk merumahkan 1700-an orang. 

Di sektor perbankan, PT. Commonwealth telah confirm mengurangi 30-35% karyawan. Sementara, Bank ANZ telah lebih dulu melakukan pemangkasan karyawan. Berikutnya, Citibank Indonesia dan Bank Niaga yang akan melakukan merger dengan Bank HSBC. 

Kemudian, Manajemen Ford Indonesia juga telah mengumumkan untuk mengakhiri bisnisnya di Indonesia. Pertimbangan bisnisnya adalah, dengan kebijakan pemerintah Jokowi, ternyata lebih untung jadi pedagang melalui dealer, daripada membuka industry yang menyerap lapangan pekerjaan di Indonesia.    

Impor mobil CBU  bea masuknya 0%, sedangkan kalau memproduksi di dalam negeri pajaknya 7,5%. Belum lagi kebijakan Kementerin Perdagangan yang mengizinkan impor truk bekas sperti tahun 2005-2007. Dipastikan, kebijakan ini akan sukses menghempaskan ribuan rakyat Indonesia menjadi pengangguran baru. 

Dengan berbagai kebijakan yang lebih ramah kepada Tiongkok, pemerintahan Jokowi memang sukses mendapat perhatian dari negeri tirai bambu itu. Di saat yang sama, investor dari negeri sakura mulai merana. 

Semoga, kebijakan-kebijakan Jokowi itu tak hanya sekadar mengalihkan investasi asing dari Jepng ke Tongkok. Tidak hanya sekadar menjolok Tiongkok, Jepang melayang. Semoga! 

Editor: Dardani