Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perlu 'Kesigapan' Jelaskan Zika pada Masyarakat
Oleh : Redaksi
Senin | 01-02-2016 | 08:24 WIB
onlem_by_bbc.jpg Honda-Batam
Virus Zika menyebar melalui nyamuk dan hingga Januari 2016 diketahui telah menyebar ke 20 negara di Amerika Selatan. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Surabaya - Peneliti dan guru besar biokimia dan biologi molekuler Universitas Airlangga, CA Nidom, meminta pemerintah lewat Kementerian Kesehatan untuk lebih sigap menjelaskan pada masyarakat terkait penyebaran virus Zika di Indonesia.


Menurut Nidom, muncul kekhawatiran terkait maraknya pemberitaan akan penyebaran virus Zika di Brasil, padahal 'ini tidak lebih berbahaya daripada DBD atau demam berdarah' dan sama-sama disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Nah bagaimana pencegahannya adalah tentunya supaya tidak digigit nyamuk, putuskan mata rantai, jadi jangan biarkan nyamuk itu hidup dalam genangan air.

Dalam pengamatan Nidom, kekhawatiran yang muncul di masyarakat terkait 'banjir informasi' yang menyatakan bahwa virus Zika menyebabkan microcephali atau menyusutnya ukuran otak pada bayi-bayi, seperti yang terjadi di Brasil.

Nidom menilai otoritas kesehatan di Indonesia sudah bisa melakukan simulasi terhadap virus untuk mengeluarkan informasi kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia sehingga tidak menyebabkan kegusaran.

"Mereka punya (sampel) virus, mereka punya nyamuknya, mereka punya peralatan yang lain, dalam seminggu bisa keluar itu hasilnya."

"Pertama, nyamuk apa saja yang bisa membawa virus Zika, maka insektisida apa yang perlu dipakai untuk nyamuk-nyamuk tersebut, bagaimana dia menularkan dari nyamuk ke hewan coba. Dari hewan coba bisa diukur otak dan sebagainya untuk mengetahui apa memang betul ada pengaruh dari infeksi virus Zika pada otak yang katanya mengecil itu," tambah Nidom.

Sebelumnya, Lembaga Penelitian Biologi Eijkman di Jakarta menyatakan sudah mendeteksi virus Zika di Jambi dalam sampel darah setelah terjadi wabah DBD di wilayah itu pada 2014-2015.

Deputi Direktur Eijkman, Herawati Sudoyo, juga membenarkan bahwa penyakit ini tidak memberikan dampak yang parah seperti halnya DBD.

"Virus Zika ini tergolong virus yang memberikan gejala klinis ringan, dalam arti kalau kita istirahat cukup dan dibiarkan, maka pasien akan sembuh dengan sendirinya. Apakah penyakit ini berbahaya atau tidak, maka jawabannya tidak," kata Herawati.
Herawati juga menjelaskan jenis virus Zika yang dideteksi di Jambi sama dengan virus yang ditemukan pada wabah di 
Mikronesia, Filipina, dan Kamboja dan tidak pernah dilaporkan berkaitan dengan penyusutan otak.

Nyamuk itu, kalau kita tarik ke hulu, hidup bukan pada air yang bersentuhan dengan tanah, berkembang dari jentik pada air bersih, bak-bak penampungan air, ban-ban bekas, vas bunga, di situ potensinya.
Oscar Primadi

"Hubungan antara keberadaan virus pada perempuan hamil yang kemudian melahirkan bayi dengan microcephali baru diperoleh dari Brasil," tambah Herawati.

Jika dibandingkan dengan DBD, maka penderita DBD sering mengalami perdarahan atau penderita meninggal namun penderita yang terkena virus Zika -meski membuat penderitanya demam akut seperti halnya DBD dan nyeri sendi serta menyebabkan ruam kemerahan di kulit- bisa sembuh setelah menurunkan panas atau menghilangkan sakit di sendi.

Menurutnya, kunci penanganan virus Zika terletak pada kebersihan lingkungan karena ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti seperti halnya virus dengue.

"Nah bagaimana pencegahannya adalah tentunya supaya tidak digigit nyamuk, putuskan mata rantai, jadi jangan biarkan nyamuk itu hidup dalam genangan air. Yang lain-lain tentunya, jangan sampai kita digigit, ya kita tahu ada beberapa repellant, pakai baju lengan panjang, atau tidur berkelambu," saran Herawati.

Sementara itu Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi, menyatakan bahwa Badan Litbang Kemenkes masih melakukan penelitian terkait virus Zika.

Dia juga menambahkan karena penyebaran ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang sama dengan DBD, maka pemberantasannya tak berbeda dengan DBD.

"Saat ini sekalian sebetulnya, masyarakat bergerak untuk memberantas demam berdarah, memberantas nyamuk Zika juga. Nyamuk itu, kalau kita tarik ke hulu, hidup bukan pada air yang bersentuhan dengan tanah, berkembang dari jentik pada air bersih, bak-bak penampungan air, ban-ban bekas, vas bunga, di situ potensinya. Himbauan kita untuk menutup rapat," kata Oscar. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani