Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berburu Branded di 'Butik Ballpres' Batam
Oleh : Hadli
Senin | 25-01-2016 | 08:00 WIB
IMG_20160124_102504.jpg Honda-Batam
Inilah penampakan "Butik Ballpres" di Jodoh Nagoya Batam. (Foto: Hadli)

TAMPIL dengan pakaian bermerek, branded, tentu membanggakan. Selain bisa mempercantik penampilan, juga dapat menambah rasa percaya diri. Makanya, produk-produk branded itu terus diburu, di mana pun itu. Termasuk, di "Butik Ballpres". Apa itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Hadli mengenai peredaran pakaian bekas bermerek itu di Batam. 


Jum'at, 1 Januari 2016, sekitar pukul 03.30 WIB, hari pertama tahun ini, pasukan TNI Angkatan Laut menangkap Kapal KM Indah Jaya GT34 pengangkut pakaian bekas, ballpres, yang berangkat dari Batu Pahat Malaysia. Pasukan TNI AL itu juga menahan sang nahkoda, Hermanto Bin Karni (62) bersama 9 orang ABK-nya, semuanya warga negara Indonesia.  

Arus ballpres dari Malaysia dan Singapura ke Batam itu tak pernah surut, karena ada demand yang tinggi. Mengapa harus membeli kaos merek 'Hang Ten', 'Billabong' dan berbagai produk branded lainnya dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah. Kalau, produk yang sama persis bisa dibeli dengan harga "uang parkir"? Benarkah?

Dengan selembar uang Rp10 ribu Anda bisa memilih tiga kaos. Cukup Rp15 ribu Anda bisa membawa pulang dua celana. Murah bukan? Itulah harga pakaian bekas di "Butik Ballpres" di Pasar Pagi Jodoh Batam. Tak ada ruangan pendingin, apalagi kamar ganti. Di "Butik Ballpres" cukup jongkok, pilih, bawa pulang. 

Ya, pakaian branded tersebut merupakan pakaian bekas yang diseludupkan dari Singapura dan Malaysia. "Obral-obral bang," kata seorang wanita bersuara tinggi di tengah riuhan pasar, Minggu (24/1/2016) pagi. 

Para pedagang pakaian bekas itu menutup dua jalur jalan raya depan Pasar Pagi Jodoh Batam. Dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB, mereka diizinkan menggelar lapak dagangan mereka, setiap hari. Tapi entah siapa yang memberi izin. Yang pasti, pungli terjadi setiap harinya untuk "uang keamanan dan sampah". 

"Dua sepuluh ribu, ayo-ayo pakaian baru. Masuk aja bu, langsung dipilih," kata pedagang wanita itu. "Baru dicuci ya," sambut pengunjung dengan tersenyum. 

Pakaian bekas yang dijual di kawasan itu memang terkenal dengan merek braded dari luar negri. Tapi namanya juga pakaian bekas orang, tetap saja barang bekas. Harga yang murah bukanlah jaminan, karena beragam pakaian yang dijual beragam pula harganya. 

Misalnya, pakaian yang sudah kusam dijual dengan harga tiga Rp10 ribu. Pengunjung yang berminat langsung bisa memilih pada tumpukan ratusan pakaian yang diletakkan di aspal. Untuk pakaian yang digantung menggunakan hanger, agak sedikit mahal. Mulai dari Rp10 ribu sampai Rp 50 ribu per helainya. 

Setiap pedagang berteriak menjual barang dagannnya. Beragam cara agar pengunjung singgah dan memilih satu barang bekas itu, mulai dari baju, celana dan sepatu. 

Salah seorang wanita tua asal Sumatra Utara itu mengatakan, saat ini mereka tidak bisa lagi langsung kulakan ballpres ke Singapura. Tapi mereka sudah harus memilih pakaian bekas yang sudah tiba di Batam. 

"Seprai itu Rp120 ribu, masih baru, kalau ukuran 4 kaki yang itu tidak bisa lagi sekarang Rp30 ribu, Rp40 ribu harga pasnya. Sekarang kami harus memilih di Batam, tidak seperti dulu, kami bisa cari dan pilih di Singapura," kata nenek itu sambil terus menarik pengunjung untuk membeli. 

Walau pakaian bekas itu merupakan hasil seludupan, tapi tetap saja bagi masyarakat yang ekonomi ke bawah sangat terbantu. Tapi tunggu dulu, tidak hanya warga yang ekonomi ke bawah yang membeli barang bekas di Batam. Terkadang banyak juga warga yang menggunkan mobil mencari kebutuhan memburu barang branded itu.  

"Butik Ballpres" itu tak hanya ada di depan Ramayana Jodoh saja. Tapi juga ada di Pasar Aviari, Tanjungpiayu, Batubesar dan lainnya. Diperkirakan, setiap minggu ballpress yang diseludupkan ke Batam mencapai 1.500 ball.

Editor: Dardani