Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Apa yang Mengalir di Air Susumu, Ibu
Oleh : Harun Al Rasyid
Jum'at | 22-01-2016 | 08:00 WIB
kekerasan_anak.jpg Honda-Batam
Ilustrasi kekerasan pada anak. (Foto: Ist)

KETIKA air susu ibu tak lagi mengandung cinta, apa yang terjadi? Bayi berusia 1 tahun dibanting oleh wanita yang mengandung dan melahirkannya. Bahkan, bayi 3 tahun meregang nyawa di tangah ibunya sendiri. Semuanya terjadi di Batam. Ya, di Batam! Ada apa ini? Berikut tulisan wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid mengenai kekejaman para ibu kandung. 

Senin, 23 November 2015 lalu, masyarakat Batam disentakkan oleh berita meninggalnya Dl. Tubuh gadis mungil itu terbujur kaku di Perumahan Putra Jaya Blok D Nomor 21, Tanjunguncang, Batuaji, Batam. Nyawanya meregang setelah disiksa oleh Ds, ibu kandungnya sendiri. Biadab!

Polisi telah mengusut kasus ini. Proses hukumnya juga sudah ditangani oleh Kejaksaan Negeri, Batam. "Berkas perkara sudah diserahkan ke Kejaksaan untuk dilakukan penelitian oleh Jaksa Penuntut Umum," ungkap Kapolsek Batuaji Kompol Andy Rahmansyah melalui Kanit Reskrim Polsek Batuaji Iptu M. Said menjawab BATAMTODAY.COM, Kamis (7/1/2016) lalu. 

Biarlah majelis hakim nanti yang akan memberinya hukuman setimpal pada ibu yang tega membunuh anak kandungnya itu. Dan biarlah Ds berurusan dengan Tuhannya kelak di akhirat. 

Sayangnya, Ds bukanlah ibu terakhir di Batam air susunya kekeringan kasih sayang. Kembali warga Kota Batam dikejutkan oleh penyiksaan yang dilakukan Jl, ibu muda yang tinggal di Kavling Melati, Sei Pelunggut, Dapur 12, Sagulung, Batam. 

Jl tega menganiaya AS, anak kandungnya yang masih berusia 1 tahun. Hanya karena rewelnya bayi, Jl mencubit, memukul dan membanting buah cintanya sendiri itu. Biadab, sekali lagi, biadab! 

"Kepada korban, Jl melakukan kekerasan seperti mencubit, memukul dan membanting," ujar Kapolsek Sagulung, AKP Chrisman Panjaitan, Jum'at (15/1/2016) lalu. 

Beruntung, nyawa Jl masih tertolong. Paramedis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah, Batuaji Batam berusaha keras merawat bayi yang tak sadar selama beberapa hari itu. Koma seminggu, akibat kekejaman seorang ibu. 

Perjuangan para dokter dan perawat tak sia-sia, secara fisik Jl kembali siuman dan bisa kembali tersenyum. Tapi itu fisik. Entah bagaimana kondisi psikologi anak bayi yang kerap dicubit, dibentak dan dibanting ibunya itu. 

Menurut Dea, Wakil Ketua Himpunan Psikolog Kepri, kekerasan yang dilakukan oleh Ds dan Jl terhadap anak sendiri itu adalah perilaku menyimpang. Sudah pasti, hal ini akan berdampak negatif pada pertumbuhan anak. Salah satunya adalah tingkat keberhasilan perkembangan individu pada fase-fase tertentu akan terhambat. 

"Akibat trauma fisik yang diterima juga mempengaruhi fungsi pendengaran, fungsi syaraf, dan fungsi gerak. Semua secara sekologi akan menghambat perkembangan pertumbuhan individu," tutur Dea. 

Selain itu, dengan umur korban yang baru menginjak 1 tahun, dampak trauma itu akan selalu melekat dalam diri korban. Trauma itu seperti takut terhadap orang baru, merasa tidak aman dengan perasaan selalu waspada, menangis secara terus menerus, dan juga takut terhadap hal-hal yang tak harus ditakuti. 

Benar saja, tatkala BATAMTODAY.COM menjenguk DS dan ketika tangannya dipegang, langsung bereaksi spontan, kaget. Ketakutan lalu menangis keras. Seolah rasa takut yang menderanya belum lagi hilang. Meski kini DS sudah aman dalam pelukan "ibu" barunya, Yuni. 

Wahai para ibu yang berperilaku menyimpang, apakah gerangan yang mengalir bersama air susumu itu? Cinta, kasih sayang atau justru benih kebengisan? Entahlah!

Editor: Dardani