Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Natal Damai, Umat Islam dan Kristen Tunjukkan Toleransi di Hari Raya
Oleh : Redaksi
Jum'at | 25-12-2015 | 08:40 WIB
gereja_katolik_malang_by_afp.jpg Honda-Batam
Sebuah gereja dan masjid di Malang yang terletak bersampingan masing-masing menggelar acara keagamaan. (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tahun ini hari raya umat Islam Maulid Nabi Muhammad dan umat Kristen Natal jatuh hampir bersamaan yakni pada tanggal 24 Desember dan 25 Desember.

Bagi sejumlah pemuda di Cirebon momen ini digunakan untuk saling bantu membantu agar perayaan kedua hari raya tersebut berjalan dengan lancar.

Sugianto, seorang anggota dari organisasi masyarakat bernama Pelita (Pemuda Lintas Agama) mengatakan dirinya dan beberapa pemuda anggota lainnya membantu perayaan Maulid Nabi di sebuah universitas di Cirebon, meski bukan penganut agama Islam.

"Dalam membantu itu kita menyiapkan segala sesuatunya, baik angkut-angkut kursi, soundsystem (sistem suara), perlengkapan lain seperti dekorasi, lalu dalam hal ini juga kita berbagi tugas soal parkiran," kata Sugianto.

Di lain pihak, pemuda yang beragama Islam juga membantu umat Kristen mempersiapkan acara untuk Natal. "Udah dua hari ini bantu-bantu, nyiapin persiapan Natal. Itu bentuk dari kegiatan sosial karena Pelita kan orientasinya menjaga kerukunan umat beragama, di bidang sosialnya, bukan teologinya," ucap Haryanto yang juga tergabung dalam Pelita.

Natal tahun ini juga kebetulan jatuh pada hari Jumat. Oleh karena itu, Gereja Immanuel di Malang akan melakukan perayaan hari Natal pada pukul 08.00 - 10.30 WIB untuk tidak mengganggu jalannya Salat Jumat.

Gereja tersebut berada dekat dengan sebuah masjid, yakni Masjid Agung Jami yang juga mengadakan pengajian Maulid Nabi pada Kamis (24/12) malam, bertepatan dengan misa malam Natal.

Sejumlah pemuda dari organisasi pemuda lintas agama menyiapkan perayaan Natal. "Kemarin kami kordinasi, sifatnya sama-sama kita mengatur keamanan, sama-sama kita mengatur parkir. Parkir kita kan bersama yah," kata Emmawati Baule, pendeta dan ketua di GPIB Immanuel Malang.

Menurut KH Zainuddin A Muhith, ketua umum takmir Masjid Agung Jami Malang, masjidnya dan Gereja Immanuel selama ini memang selalu saling toleransi dan bekerja sama. 

"Misalnya, pihak-pihak gereja mengajak pada suatu saat di ulang tahunnya untuk kerja bakti tentang keindahan kota, ngecat jalan, kami menyediakan tenaga, antara lain. Itu kan menunjukkan kebersamaan kita," kata Zainuddin.

Sebenarnya sikap dan tindakan saling menghormati antar umat beragama di Indonesia masih banyak lagi, namun hal tersebut jarang terdengar.

Hal ini menurut Anick Hamim Tohari, seorang aktivis pluralisme yang pernah bekerja di Jaringan Islam Liberal, disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya karena sifat mudah lupa dan acuh.

"Meskipun itu (sikap saling menghormati) itu tindakan yang wajar dan sudah seharusnya dilakukan di Indonesia, tapi dalam kondisi di mana intoleransi meningkat tajam, kampanye ini (saling menghormati) harus terus-menurus dilakukan," kata Anick.

Anick pun mengimbau agar semua pemeluk agama saling mendukung dan mencegah adanya kasus-kasus intoleransi. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani