Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perancis Umumkan Bantuan Perubahan Iklim untuk Afrika
Oleh : Redaksi
Senin | 07-12-2015 | 16:47 WIB
francois-hollande.jpeg Honda-Batam
Presiden Perancis Francois Hollande. (Sumber foto: metronews.fr)

BATAMTODAY.COM - Perancis mengumumkan akan memberikan bantuan $2 miliar untuk membantu mengembangkan energi terbarukan di Afrika di hari kedua pembahasan iklim di luar Paris sementara para negosiator berpacu mencapai kesepakatan iklim akhir minggu depan.

Presiden Perancis Francois Hollande menjanjikan bantuan sekitar $6,4 miliar, selama empat tahun ke depan, untuk membantu ketenagalistrikan di Afrika. Dari jumlah itu, sepertiganya untuk membantu benua itu membangun energi terbarukan. 

Pengumuman Hollande itu keluar saat pertemuan dengan belasan pemimpin Afrika untuk mendiskusikan ancaman iklim di negara-negara mereka. Ia juga mengumumkan bantuan sejumlah $1,5 miliar untuk proyek Uni Afrika yang disebut 'Great Green Wall' untuk membantu orang-orang menanam pohon dan beradaptasi kepada gurun pasir Sahara yang semakin panas.

Kedua pengumuman itu diumumkan ketika para pemimpin dunia mulai kembali ke negara mereka masing-masing, dan meninggalkan para perunding menyelesaikan pekerjaan sulit mencapai konsesus rencana iklim.

Negara-negara dan budaya yang lebih miskin berada dalam sorotan pada hari Selasa. Penduduk asli menggambarkan bagaimana iklim membahayakan budaya mereka. Pangeran Charles menyerukan perlindungan yang lebih baik terhadap hutan-hutan di dunia.

Banyak fokus diberikan pada Afrika, yang menderita akibat dampak emisi gas rumah kaca, tapi mereka tidak banyak berkontribusi pada pertumbuhan emisi gas rumah kaca. World Bank menyerukan “keadilan iklim” bagi benua tersebut.

Presiden Niger Mahamadou Issoufou yang berbicara pada hari Senin (7/12/2015) menggambarkan dampak perubahan iklim di negaranya: suhu ekstrim, kekeringan dan banjir, Danau Chad yang sekarat dan Sungai Niger yang semakin dangkal. Ia mengatakan Niger dan negara-negara Sahel lainnya menunggu respon kuat dari komunitas internasional.

Sebuah kelompok yang terdiri dari 43 negara yang paling rentan terhadap efek perubahan iklim menyerukan kesepakatan baru untuk membatasi pemanasan global pada 1,5º C di atas level pra-industrial, dan bukannya target dua derajat yang diharapkan tercapai pada pertemuan di Paris tersebut.

Sumber: VOA