Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Dua Capres AS 'Anti Islam' dari Partai Republik
Oleh : Redaksi
Sabtu | 21-11-2015 | 09:15 WIB
capres_by_bbc.jpg Honda-Batam
Bakal calon presiden dari Partai Republik Ben Carson berbicara pada pendukungnya ketika berkampanye di Mobile, Alabama, 19 November 2015. (Foto: VOA)

BATAMTODAY.COM, Washington - Dua bakal calon presiden utama dari Partai Republik, Donald Trump dan Ben Carson, terus mengeluarkan retorika mengenai Muslims. Trump mengusulkan dibuatnya database untuk melacak Muslim di AS dan Carson membandingkan pengungsi Suriah dengan anjing gila.


Komentar-komentar itu bermunculan setelah serangan teroris di Paris yang menewaskan 130 orang dan melukai ratusan lainnya. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan meningkatkan kekhawatiran akan adanya serangan di AS dan menimbulkan tuntutan untuk membatasi para pengungsi yang melarikan diri dari perang di Suriah.

Mantan Gubernur Florida, Jeb Bush adalah rival dari Partai Republik pertama yang mengutuk ajakan Trump untuk membuat database Muslim, dan menyebut usulan tersebut "menjijikkan." "Ini berarti penahanan, menutup masjid, orang-orang harus melaporkan diri, semuanya itu salah," kata Bush hari Jumat (20/11).

Bakal calon dari Partai Demokrat Hillary Clinton berkomentar di Twitter dan menantang semua kandidat dari Partai Republik untuk menolak usulan Trump. "Ini retorika yang mengejutkan," tulisnya. "Retorika seperti ini harus dikecam oleh orang-orang yang ingin memimpin negara ini."

Komentar Trump tentang database nasional untuk Muslim dilontarkan Kamis malam ketika ia berkampanye di Iowa. Dalam sebuah video yang dimuat di MSNBC.com, Trump ditanya apakah Muslim harus melaporkan diri (agar tercatat). Ia menjawab, "Haurs."

Ia mengatakan Muslim harus didata di "berbagai penjuru" dan mengatakan program itu sebagai "semata-mata bagian dari manajemen."

Ahli kebebasan agama dan masyarakat mengatakan ide kebebasan Trump bertentangan dengan konstitusi. "Individu tidak boleh dibedakan demi pengawasan pemerintah berdasarkan keyakinan agama mereka," kata Steven Shapiro, direktur legal American Civil Liberties Union.

Marci Hamilton, seorang ahli hukum kebebasan beragama dari Yeshiva University, mengatakan mengharuskan Muslim melaporkan diri said adalah pelanggaran Konstitusi AS tentang perlindungan kebebasan beragama.

"First Amendment dalam Konstitusi AS adalah untuk memimpin pemerintah agar menggunakan kriteria netral," kata Hamilton. "Kita bisa menggunakan kriteria netral untuk mengidentifikasi teroris. Tapi kita tidak bisa menggunakannya untuk menghujat satu agama. Tidak akan lolos di pengadilan manapun."

Usulan yang dilontarkan dalam kampanye pemilihan presiden tersebut berlangsung di tengah-tengah perdebatan di Kongres tentang pengungsi dari Timur Tengah. DPR meloloskan undang-undang hari Kamis yang intinya melarang pengungsi Suriah dan Irak masuk ke AS. 

Pemimpin Mayoritas Senat, Mitch McConnell, dari Partai Republik menyertakan RUU tersebut agar dipertimbangkan oleh Senat, walaupun tidak jelas apakah akan ada cukup suara untuk membatalkan veto Obama, yang menentang usulan tersebut.

Carson, seorang pensiunan ahli bedah syaraf yang merupakan rival utama Trump dari Partai Republik, pada hari Kamis mengeluarkan komentar yang mengherankan, ketika ia membandingkan mencegah teroris yang berpura-pura menjadi pengungsi Suriah masuk ke AS dengan penanganan anjing gila.

"Kalau ada seekor anjing gila berkeliaran di daerah rumah Anda, mungkin Anda tidak akan berpikiran baik tentang anjing tersebut," kata Carson pada para wartawan ketika berkampanye di Alabama. "Tidak berarti Anda benci semua anjing, tapi Anda menggunakan kemampuan berpikir."

Dewan Hubungan Amerika-Islam mengutuk komentar Trump dan Carson dan menyebutnya "Islamophobic dan tidak melanggar konstitusi."

"Donald Trump dan Ben Carson berkontribusi terhadap lingkungan yang sudah tidak sehat yang mungkin sulit untuk diperbaiki kembali bila ambisi politik mereka terpenuhi," kata Robert McCaw dalam sebuah pernyataan.

Komentar Trump diperkirakan akan memaksa rivalnya untuk ikut berkomentar tentang apakah mereka setuju atau menentang usulannya. Partai Republik bingung bagaimana menanggapi komentar Trump yang kontroversial, karena takut komentar tersebut membuat pendukung meninggalkan Partai Repuboik tapi di sisi lain juga ada  kekhawatiran komentar-komentar tersebut semakin memperkokoh posisi Trump sebagai calon paling populer dari Partai Republik. (Sumber: VOA Indonesia)

Editor: Dardani