Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Presiden Jokowi Tiba di Turki, Hadiri KTT G20
Oleh : Redaksi
Senin | 16-11-2015 | 16:58 WIB
g20_by_voa.jpg Honda-Batam
Foto para pemimpin negara anggota G20. (Foto: Official G20)

BATAMTODAY.COM, Ankara - Satu per satu pemimpin negara-negara anggota G20 tiba di hotel Regnum Carya di kota Antalya, Turki dan disambut langsung oleh Presiden Turki Recep Tayip Erdogan.


Presiden Indonesia Joko Widodo yang tiba sekitar jam 12.48 waktu setempat, menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Presiden Erdogan. Setelah semua kepala negara anggota G20 hadir, mereka melakukan foto bersama dan dilanjutkan dengan ‘working lunch’.

Berbagai isu dibahas dalam acara makan siang tersebut, di mana Presiden Joko Widodo secara menyinggung isu lingkungan hidup dan KTT Perubahan Iklim yang akan dilangsungkan di Paris, Perancis akhir November nanti.

Dalam keterangan pers yang diterima VOA Minggu sore (15/11), Joko Widodo mengatakan setiap negara patut memberi komitmen guna memastikan pertemuan berlangsung sukses. Indonesia – ujar Jokowi – telah melakukan aksi nyata dengan menegaskan komitmen pengurangan emisi sebagaimana tercantum pada “Intended National Determined Contribution” (INDC). Komitmen Indonesia adalah mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29% pada tahun 2030 dan bahkan hingga 41% dengan bantuan internasional.

Presiden Joko Widodo meminta agar negara-negara maju memberi contoh dan dukungan dalam pengurangan emisi karbon, misalnya dalam bentuk peningkatan kapasitas pendanaan, alih teknologi ramah lingkungan dan bantuan pembangunan kapasitas.

Dalam acara “Working Lunch on Development and Climate Change” itu, Joko Widodo mengingatkan pentingnya negara maju memobilisasi bantuan bagi negara berkembang hingga 100 milyar dolar pata tahun 2020 guna mengatasi perubahan iklim.

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan yang diwawancarai VOA mengatakan memang sudah saatnya Indonesia bicara terbuka soal mekanisme pembiayaan dan tidak sekedar menyampaikan komitmen kesiapan pengurangan emisi karbon.

“Pemerintah Indonesia harus menyampaikan secara terbuka, sehingga proses perundingan berlangsung di atas meja, jadi semua pihak tahu. Jika masyarakat internasional ingin mendukung dengan dukungan anggaran, harus ada angkanya, tidak samar-samar. Seolah-olah Indonesia akan dapat dukungan internasional, padahal nilainya sangat kecil dibanding masalah yang dihadapi Indonesia. Misalnya tragedi kebakaran hutan dan lahan yang baru terjadi,” kata Nababan. 

Presiden Joko Widodo juga mendorong dihormatinya prinsip “Common but Differentiated Responsibility” dan “Respective Capabilites” dalam perjanjian perubahan iklim yang akan disepakati nantinya. Ia juga mengajak semua kepala negara untuk menyampaikan dukungan politis kepada para perunding supaya kesepakatan KTT Perubahan Iklim di Paris – atau dikenal sebagai COP21 – bisa dicapai tepat waktu dan segera diimplementasikan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyampaikan pentingnya membahas isu lingkungan hidup ini secara terbuka.

Kelompok 20 atau G20 terdiri dari 19 negara yang menguasai 75% perdagangan dunia – ditambah Uni Eropa. Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Lima negara dari benua Asia yang menjadi anggota G20 adalah Arab Saudi, China, India, Jepang dan Korea Selatan. Sementara 13 negara lainnya adalah Amerika, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Brazil, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Perancis, Rusia, dan Turki. 

Selain anggota G20, KTT di Antalya ini juga dihadiri oleh beberapa anggota non anggota G20 yaitu Azerbaijan, Malaysia, Spanyol, Senegal, Singapura dan Zimbabwe. 

Azerbaijan hadir sebagai undangan pemerintah Turki selaku tuan rumah. Sementara Malaysia diundang selaku Ketua ASEAN, Singapura diundang selaku Ketua 3G, Zimbabwe diundang selaku Ketua Uni Afrika dan Senegal diundang sebagai wakil “New Partnership for Africas Development” (NEPAD). Spanyol hadir sebagai undangan tetap G20. (Sumber: VOA Indonesia)

Editor: Dardani