Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Reshuffle Jilid II Bisa Membuat Politik Tidak Stabil
Oleh : Irawan
Kamis | 12-11-2015 | 19:00 WIB
2015-11-12 19.37.04.jpg Honda-Batam
Pengamat Hukum Tata Negara Margarito Khamis

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pengamat Hukum Tata Negara Margarito Kamis menilai mencuatnya isu reshuflle kabinet jilid II hanya akan berujung pada ketidakstabilan politik di negeri ini.


"Kita sudah sering bicara geser-menggeser posisi menteri. Tapi persoalan negara ini bukan terletak pada kemampuan para menteri. Jangan-jangan ada problem kemampuan presiden dalam memimpin negeri ini," ujar Margarito dalam diskusi 'Dialektika Demokrasi di Gedung DPR', Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/11/2015).

Margarito mengatakan, jalannya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kini masih pincang, tak dapat diselesaikan hanya dengan merombak komposisi Kabinet Kerja. Dia curiga, persoalan pemerintahan justru terletak pada problem kepemimpinan sang Presiden.

Karenanya, Margarito mendesak pemerintah menyudahi isu reshuffle kabinet yang berkembang. Pasalnya, kata Margarito, dalam setahun umur pemerintahan Jokowi, sudah dua kali isu reshuffle kabinet mencuat ke depan publik.

"Kita sudah dua kali bicara soal reshuffle menteri dalam setahun pemerintahan Jokowi. Ini bertentangan dengan cita-cita kita ingin mewujudkan pemerintahan yang baik dan capable," kata Margarito.

Sedangkan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Romahurmuziy (Romi) Syaifullah Tamliha menilai belum tentu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) senang apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan reshuffle jilid II.

"Reshuffle ini untuk siapa, tentu hak prerogratif presiden. Belum tentu jika ada reshuffle kabinet jilid II KIH senang," ujar Tamliha.

Menurut Wakil Ketua Komisi I itu, sudah pasti menteri-menteri yang berasal dari partai yang bergabung di KIH takut jatah kursinya berkurang. Dia pun mengibaratkan hal tersebut seperti matematika.

"Rumus matematika kalau lima, kan koalisi lima sekarang tambah 1 lagi. Yang satu punya peluang 1/6, kalau ada peluang 1/6, maka peluang 1/5 senang. Itu yang saya maksud KIH pasti tidak senang," tutur Tamliha.

Tamliha percaya, jika memang presiden memang ingin merombak kabinetnya kembali, hal tersebut sudah melalui pertimbangan yang matang. "Kalau presiden mengganti menterinya tentu punya parameter yang jelas," tandasnya. 
 
Editor: Surya