Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

AS Belum Naikkan Suku Bunga, Kesempatan Negara Berkembang Perbaiki Perekonomian
Oleh : Romi Chandra
Jum'at | 18-09-2015 | 12:42 WIB
menkeu-bambang.jpg Honda-Batam
Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro, saat berkunjung ke Batam, bersama Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi saat di Pelabuhan Batuampar.

BATAMTODAY.COM, Batam - Keputusan pejabat Bank Sentral Amerika, Federal Reserve, tidak menaikkan tingkat suku bunga dan mempertahankan pada level yang sama dengan beberapa tahun terakhir, memberikan waktu lebih lama untuk negara berkembang termasuk Indonesia bisa memperbaiki pertumbuhan ekonominya.

"Ada beberapa faktor yang membuat Federal Reserve belum menaikkan suku bunganya. Salah satunya, beberapa data Amerika Serikat belum menunjang untuk mengambil keputusan tersebut, ditambah belum maksimal pengimplikasian perekonomian mereka serta inflasi yang rendah," kata Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro, saat berkunjung ke Batam, bersama Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi, sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanjungbalai Karimun, Jumat (18/9/2015) pagi, di Pelabuhan Batuampar.

Ditambah Bambang, jika suku bunga tersebut tetap dinaikkan sekarang, akan terjadi spekulasi mata uang dolar AS dengan uang dunia, termasuk dengan rupiah.

"Saat ini mereka (Amerika Serikat), masih berusaha menjaga stabilitas keuangan. Tentunya unuk penetapan kenaikan suku bunga ini tidak mudah. Butuh waktu dan kajian lebih matang. Kondisi ini bisa kita manfaatkan untuk lebih memperbaiki perekonomian sambil melihat arah tingkat bunga itu," lanjutnya.

Namun, penundaan tersebut tentunya tidak unuk selamanya. Diperkirakan, Federal Reserve atau lebih dikenal "The Fed", bakal kembali mengkaji dan meningkatkan suku bunga pada awal tahun mendatang.

Jika AS nantinya menaikan tingkat suku bunga saat bank-bank sentral di negara-negara berkembang dan emerging market di Asia menurunkan suku bunga, mereka dapat menjadikan perekomian global semakin tidak stabil.

Naiknya suku bunga dikhawatirkan dapat membuat investor mengalihkan dana mereka dari emerging market ke obligasi pemerintah AS dan aset-aset lainnya yang didominasi dolar.

"Kita perlu mengantisipasi jika hal itu terjadi. Yang perlu kita lakukan, harus tetap fokus menjaga fundamental ekonomi makro maupun sektor keuangan. Kalau dilihat sekarang, sektor keuangan kita masih solid," lanjutnya.

Meski suku bunga belum dinaikkan, tapi kondisi saat ini sudah menggambarkan seolah-olah suku bunga dolar sudah naik. "Kedepan tinggal bagaimana kita menyikapi kenaikan suku bunga dolar sebenarnya, untuk mengimplementasikan dengan perekonomian kita," jelas Bambang.

Sisi positif yang akan berimbas saat menaikkan suku bunga, selain perekonomian AS semakin membaik, juga membuat ekonomi Tiongkok juga membaik. Pasalnya, saat ini perhatian pasar global kembali berfokus pada kebijakan moneter AS, bukan lagi mengkhawatirkan lambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. "Jika itu terjadi, juga membuat perekonomian Indonesia semakin baik," pungkasnya.

Editor: Dodo