Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kokain Bisa Turunkan Kemampuan untuk Kenali Kesedihan dan Kemarahan
Oleh : Redaksi
Senin | 31-08-2015 | 09:29 WIB
kokain.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - PENELITIAN baru yang disajikan pada konferensi ECNP di Amsterdam, menunjukkan, dosis tunggal kokain dapat mengganggu kemampuan untuk mengenali emosi negatif.

Pada penelitian tersebut, dari Belanda dan Jerman mengambil 24 siswa (usia 19-27) dengan tingkat kecanduan ringan hingga sedang. Kemudian mereka diberikan 300mg kokain secara oral atau plasebo.

Setelah 1 - 2 jam, masing-masing peserta kemudian menjalani serangkaian tes biokimia, serta tes pengenalan emosi wajah untuk mengukur respon terhadap serangkaian emosi dasar, seperti takut, marah, jijik, sedih, dan bahagia.

Dibandingkan dengan plasebo, dosis tunggal kokain menyebabkan denyut jantung meningkat, serta peningkatan kadar hormon stres kortisol. Selain itu, para peneliti menemukan bahwa subyek yang mengambil kokain ternyata lebih sulit untuk mengenali emosi negatif.

Mereka juga menemukan bahwa subyek yang menunjukkan respon kortisol yang lebih besar setelah mengambil kokain, memiliki gangguan kurang ditandai emosi negatif. Ketika mereka mabuk dengan kokain, kinerja mereka 10 persen lebih buruk dibandingkan dengan kinerja mereka selama plasebo, dalam mengenali kesedihan dan kemarahan.

Peneliti utama, Dr Kim Kuypers dari Maastricht University, Belanda, mengatakan, ini adalah penelitian pertama yang melihat efek jangka pendek dari kokain pada emosi.

"Hal ini menunjukkan bahwa dosis tunggal kokain mengganggu kemampuan seseorang untuk mengenali emosi negatif, seperti marah dan sedih. Ini mungkin menghambat kemampuan untuk berinteraksi dalam situasi sosial, tetapi juga dapat membantu menjelaskan mengapa pengguna kokain melaporkan kondisi sosial yang lebih tinggi saat mabuk hanya karena mereka tidak dapat mengenali emosi negatif," jelas Kuypers seperti dinukil dari Medical Xpress.

Sementara itu, Dr Michael Bloomfield  dari University College, London, yang tak terlibat dalam penelitian, mengatakan, ada banyak penyakit mental di mana kemampuan otak untuk mengenali emosi orang lain terganggu.

"Studi baru ini menunjukkan bahwa kokain dapat mengganggu proses ini juga. Sejak kokain mengubah tingkat dopamin kimia otak, studi baru ini mungkin memiliki implikasi untuk penyakit mental lainnya seperti depresi dan skizofrenia, di mana dopamin mungkin juga terlibat dalam cara kita mengenali emosi. Kita tahu bahwa kokain adalah obat kuat dan adiktif," kata Bloomfield.

Pertanyaannya, apakah kokain mengacaukan proses ini sehingga ketika pengguna kokain berhenti mengonsumsi, mereka merasa seperti orang lain memiliki emosi negatif?" tanyanya. (*)

Editor: Roelan