Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peneliti Nyatakan Mandi Es Tak Efektif Sembuhkan Otot
Oleh : ABC
Selasa | 11-08-2015 | 08:36 WIB
mandi_es.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - BERDASARKAN pemikiran konvensional, mandi es dapat mengurangi peradangan dan kerusakan pada otot. Tetapi studi bersama yang dilakukan Universitas Queensland dan Universitas Teknologi Queensland (QUT) mendapati kalau pemanasan otot bagian bawah lebih efektif dalam membangun massa otot dan kekuatan.

Sekolah Pergerakan Manusia dari Universitas Queensland, Dr Llion Roberts, melacak kemajuan 21 pria yang melakukan latihan kekuatan fisik dua hari dalam seminggu selama tiga bulan. Setengah dari mereka melakukan peregangan tubuh bagian bawah dan sisanya mandi es selama 10 menit pada suhu 10 derajat.
 
Mereka yang memilih berendam di air es merasakan cedera lebih lama. "Berendam di air dingin sebenarnya dapat menurunkan aktivitas sel-sel yang sangat penting atau protein atau kadang-kadang menunda profil tubuh bagian atas mereka," kata Dr Roberts.
 
"Mereka tidak hanya mengalami penurunan besar dalam jumlah massa otot yang mereka peroleh, tetapi mereka juga memiliki peningkatan signifikan lebih rendah pada kinerja fungsional setelah pelatihan."
 
Riset ini juga mendapati masa otot meningkat 10 - 15 persendi kelompok yang melakukan peregangan otot bagian bawah dan hanya 5 persen dikelompok yang melakukan mandi air es.
 
Dr Jonathan Peake dari Sekolah Ilmu Kedokteran Biologi mengatakan, hasil riset ini dapat mengubah strategi yang digunakan oleh tim olahraga profesional. "Mungkin mereka dapat lebih berhati-hati ketika mereka menggunakan mandi es di musim kompetisi mereka," kata Dr Peake.
 
"Jadi, sebelum masuk musim kompetisi mereka kerap memfokuskan diri pada membangun massa otot dan karena selama tahapan itu mungkin mandi es tidak terlalu penting dilakukan," imbuhnya.
 
Menurutnya, manfaat mandi es tampaknya sebagian besar hanya bersifat psikologis saja. "Jika mandi es memang membuat atlet merasa lebih baik, maka kemungkinan besar hal itu tidak akan membahayakan atau merugikan dilakukan pada saat musim kompetisi," ujarnya
 
Riset ini telah dipublikasikan di jurnal psikologi ternama The Journal of Physiology. (*)

Editor: Roelan