Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Direct Investment Lebih Sedikit Ketimbang Hot Mone

Faisal Basri: 70 Persen Perdagangan Bursa Dikuasai Asing
Oleh : Sumantri/Dodo
Rabu | 13-07-2011 | 11:50 WIB
Faisal-Basri-Pengamat-Ekono.gif Honda-Batam

Faisal Basri. (Foto: Istimewa)

BATAM, batamtoday - Perkembangan ekonomi dunia ketiga yang semakin signifikan, mendorong negara-negara berkembang untuk berlomba melakukan berbagai upaya dalam memperbaiki pergerakan ekonomi sebagai nadi dari pertumbuhan suatu negara. Salah satu upaya yang saat ini sedang menjadi tren di dunia ketiga adalah memberdayakan pasar bursa dan komoditi berjangka.

"Saat ini kekuatan ekonomi dunia telah dibayang-bayangi oleh geliat negara-negara berkembang untuk tampil dalam memberikan kontribusi terhadap pergerakkan ekonomi dengan skala global," kata pengamat ekonomi nasional, yang juga guru besar Universitas Indonesia, Faisal Basri di Galaxy Ballroom Planet Holiday Hotel Batam, Selasa malam, 12 Juli 2011.

Untuk itu, masih menurut Faisal, setiap negara berkembang di Asia, seperti China, India, Singapura, Jepang dan beberapa negara dengan kapitalisasi ekonomi tinggi, telah memberdayakan pasar bursa sebagai salah satu penggerak ekonomi, di samping sektor konsumsi dan jasa-jasa.

Indonesia sendiri, tambah Faisal, masih kurang dari 10 persen masyarakatnya yang aktif berinvestasi di pasar bursa, ini menjadi tugas pemerintah, terutama Kementerian Keuangan untuk memberikan pengertian manfaat dari berinvestasi di pasar bursa, baik bursa saham, maupun bursa berjangka.

"Saat ini, bursa Indonesia 70 persen masih dikuasai asing, sebagai pemegang saham dari berbagai emiten yang memiliki likuiditas yang baik, hal ini menyebabkan fakta di peta perekonomian Indonesia bahwa direct investment lebih sedikit ketimbang jumlah Hot Money (Investasi Asing secara langsung di pasar bursa). Ini tentu saja menjadi dua hal yang saling berlawanan, yaitu antara menjadi racun ekonomi atau sesuatu yang memberikan nilai positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tentunya jika Hot Money ini tidak dijinakkan, akan menjadi sesuatu yang tidak diharapkan, karena Hot Money, bisa dengan cepat meninggalkan lantai bursa Indonesia dan membuat Indeks jatuh," terang Faisal.

Dan untuk mencegah agar Hot Money tersebut tidak menjadi bumerang pada pergerakkan ekonomi Indonesia dan mengobrak abrik lantai bursa, tentunya masyarakat sendiri harus sudah mulai melakukan penanaman aset dalam bentuk saham maupun bursa berjangka dan berinvestasi di market real maupun derivatif.