Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diduga Korupsi, Enam Pejabat FIFA Ditangkap Polisi
Oleh : Redaksi
Rabu | 27-05-2015 | 17:53 WIB
kantor FIFA - Guardian.jpg Honda-Batam
Kantor FIFA. (Foto: guardian.co.uk)

BATAMTODAY.COM - KEPOLISIAN Swiss telah menahan sejumlah eksekutif Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) karena tuduhan korupsi di Amerika Serikat, kata seorang pejabat kepada BBC. Polisi melangsungkan operasi ini di sebuah hotel di kota Zurich pada Rabu (27/5/2015) dinihari.

Tuduhannya antara lain pencucian uang, pemerasan, dan penipuan transaksi selama 20 tahun terakhir.

Anggota FIFA sedang berkumpul di Zurich untuk pertemuan tahunan yang akan berlangsung hari Jumat, di mana presidennya sekarang Sepp Blatter akan mencalonkan diri untuk kelima kalinya. Setidaknya enam pejabat FIFA dilaporkan berada dalam tahanan polisi. Identitas mereka belum diketahui, namun Blatter tidak termasuk di antara mereka.

Menurut koran The New York Times, mereka akan diekstradisi ke AS. Koran itu juga melaporkan beberapa polisi tanpa seragam mengambil kunci kamar dari meja tamu di hotel Baur au Lac, tempat para pejabat itu menginap, dan menuju ke kamar tamu di lantai atas.

Mereka diduga tersangkut kasus korupsi meluas di organisasi itu selama 20 tahun terakhir, khususnya dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia. Korupsi diperkirakan juga terjadi dalam pemberian kontrak pemasaran dan penyiaran.

Sementara itu pihak berwewenang Amerika Serikat akan membuka gugatan kriminal terhadap badan sepakbola dunia, FIFA ihwal dugaan korupsi di pengadilan federal Brooklyn. Jaksa penuntut diharapkan mengumumkan kasus tersebut dalam jumpa pers di kantor Kejaksaan Brooklyn. Jaksa Agung AS, Loretta Lynch, direktur FBI, James Comey serta kepala urusan kriminal IRS, Richard Weber kemungkinan akan hadir, tulis The Wall Street Journal.

Enam pengurus sepak bola ditahan di hotel tempat mereka menginap di Zurich dan akan diekstradisi, demikian pernyataan kantor kehakiman Swiss. Penahanan dilakukan berdasarkan permintaan pihak berwenang AS, yang menduga enam orang itu menerima suap senilai total jutaan dolar.

Sementara itu, seorang sumber mengungkap pihak berwenang juga akan merazia kantor FIFA di kota yang sama. Jumlah penahanan bisa mencapai 12 orang, tambahnya.

Perkembangan tersebut terjadi 72 jam sebelum FIFA menggelar kongres tahunan di Zurich, Swiss guna memilih Joseph Blatter sebagai presiden organisasi tersebut selama lima kali berturut-turut. Blatter, 79 tahun, telah memimpin FIFA sejak 1998.

Di bawah Blatter, gelaran Piala Dunia menjadi sapi perah FIFA berkat penjualan hak siar televisi serta pemasaran. Pada 2014, cadangan dana organisasi mencapai $1,52 miliar. Selama periode 2011-2014, FIFA meraih pendapatan sebesar $5,72 miliar: tertinggi sepanjang sejarahnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, dugaan skandal korupsi menyelubungi FIFA dalam hal penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar.

Pihak kejaksaan Brooklyn dan para agen FBI New York telah lama menyelidiki FIFA. Para investigator menyentuh titik balik pada 2011 saat anggota Komite Eksekutif FIFA dari AS, Charles Blazer mulai bekerja sama. Blazer memberikan informasi kepada FBI mengenai dugaan penyelewengan serta pencucian uang dalam tubuh FIFA.

Blazer, sekretaris jenderal Konfederasi Asosiasi Sepakbola Amerika Tengah, Utara dan Karibia, atau Concacaf setuju untuk merekam percakapannya dengan para eksekutif FIFA setelah mendapat ancaman tuntutan pajak.

Kecurigaan mengenai pembelian suara begitu terasa. FIFA pun menunjuk penyelidik independen untuk melakukan penelusuran. Dalam laporan itu, sejumlah kejanggalan diungkapkan. Namun, FIFA menganggap bukti tak cukup untuk memproses kasus. Sang penyelidik pun mundur sebagai aksi protes terhadap reaksi FIFA.

Sebelum penentuan tuan rumah PD 2018 dan 2022, Blazer menyingkap dukungan terhadap Rusia. Menjelang pemilihan presiden FIFA pada 2011, ia mengatakan Mohamed bin Hammam dari Qatar memberikan amplop berisi uang ribuan dolar AS kepada para pemimpin FIFA.

Bin Hammam kemudian mundur dari jabatannya sebagai ketua Konfederasi Sepakbola Asia dan lantas dijauhi FIFA. Ia menyatakan tidak bersalah atas penelusuran FIFA terhadapnya. (*)

Sumber: BBC | WSJ