Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kuburan Massal dan Kamp Penyelundupan Manusia Ditemukan di Perbatasan Malaysia-Thailand
Oleh : Redaksi
Senin | 25-05-2015 | 14:29 WIB
kuburan massal malaysia - thailand.jpg Honda-Batam
Penduduk desa mengubur peti mati yang berisi sisa-sisa diduga migran Rohingya di pemakaman muslim di provinsi Songkhla,Thailand, pada Minggu setelah digali kuburan massal di sebuah kamp di hutan. (Foto: EROPA Pressphoto AGENCY, REUTERS)

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Kepala Kepolisian Malaysia, Tan Sri Dato Khalid Abu Bakar, mengatakan, pihaknya menemukan 139 kuburan dan 28 kamp yang diduga sebagai sarang penyelundupan manusia di dekat perbatasan Malaysia-Thailand.

"Pihak berwenang menemukan 139 kuburan. Mereka tidak yakin berapa jumlah orang yang dikuburkan dalam setiap liang," kata Tan Sri Dato Khalid Abu Bakar ketika mengumumkan temuan pertama terkait kuburan massal dan kamp penyelundupan manusia di wilayah Malaysia.

Dalam jumpa pers di Wang Kelian, Negara Bagian Perlis, Senin (25/5/2015), ia menuturkan kamp yang paling besar dapat menampung sekitar 300 orang.

Penemuan kuburan massal dan kamp yang dicurigai digunakan jaringan penyelundup manusia, banyak di antara mereka dari Myanmar dan Bangladesh, mengejutkan banyak pihak di Malaysia, termasuk Perdana Menteri Najib Razak. "Saya sangat prihatin dengan adanya kuburan-kuburan di wilayah Malaysia yang diduga terkait dengan penyelundupan manusia," kata Najib lewat akun Facebook dan Twitter.

"Kami akan menemukan mereka yang bertanggung jawab."

Penemuan kuburan massal di dekat Padang Besar dan Wang Kelian, Perlis, pertama kali dikukuhkan oleh Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi, kemarin. Temuan itu menyusul jejak sejumlah kuburan massal di Thailand selatan, yaitu di Provinsi Songkhla yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Perlis Malaysia.

Pihak berwenang menduga jarigan penyelundup manusia menggunakan rute darat Thailand menuju ke Malaysia untuk menyelundupkan para migran. (*)

Sumber: BBC