Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Investor Merugi di Asia Tenggara
Oleh : Redaksi
Sabtu | 09-05-2015 | 10:48 WIB
ilustrasi_investor.gif Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - DI TENGAH indeks harga saham di Cina yang melambung, sejumlah negara Asia Tenggara mengalami kinerja buruk. Indonesia menjadi salah satu negara dengan performa tidak menjanjikan.

Beberapa perusahaan besar melaporkan pertumbuhan laba rendah. Thailand dan Malaysia bahkan berprestasi lebih baik.

Perekonomian Indonesia mencatatkan pertumbuhan terendah dalam lima tahun terakhir. Para investor di Thailand kehilangan kepercayaan pada kemampuan ekonomi negara itu untuk pulih. Penerimaan perusahaan di Malaysia tergerus menyusul turunnya harga minyak.

Dalam dua tahun belakangan, negara-negara yang sebelumnya tumbuh pesat itu tertinggal dari negara Asia lain serta pasar negara maju. "Pada titik ini, kami lebih memilih Asia Utara (untuk berinvestasi"," ujar Medha Samant, direktur investasi Fidelity Worldwide Investment. "Kami merasa lebih banyak reformasi di Asia Utara", pertumbuhan lebih tinggi", dan harga lebih menarik," ketimbang Asia Tenggara.

Data dari Credit Suisse menunjukkan bahwa hingga akhir April para pemodal asing adalah net seller di Indonesia dan Thailand–dan di Malaysia hingga setidaknya akhir Maret. Di Korea Selatan dan Taiwan, mereka net buyer.

Kebanyakan manajer pendanaan mengatakan Thailand adalah contoh klasik negara Asia Tenggara yang berjuang mengangkat pertumbuhan serta menangani pelbagai masalah struktural ekonomi. Pemerintahannya memangkas target pertumbuhan seiring hambatan ekspor. Permintaan domestik melemah. Utang rumah tangga terhitung yang tertinggi di kawasan.

Namun, bukan berarti Asia Tenggara tidak lagi diminati investor. Mark Mobius, presiden eksekutif Templeton Emerging Markets Group lebih banyak berinvestasi di Thailand ketimbang negara Asia lain. "Pasar Asia Tenggara underperformed karena Cina masih moncer," ujarnya.

Di Indonesia, Asha Mehta, manajer portofolio dari Acadian Asset Management, mengaku cemas dengan valusi tajam indeks saham Bursa Efek Indonesia. Menurutnya, salah satu faktor yang dapat menolong adalah jika depresiasi rupiah sanggup mendongkrak ekspor, yang volumenya turun 10 persen pada Maret dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Satu-satunya negara Asia Tenggara dengan kinerja ekonomi baik adalah Filipina, dengan PDB naik 6,1 persen pada 2014, salah satu yang terpesat di Asia. Sementara itu, indeks saham di Manila naik 8,1 persen sejauh ini. (*)

Sumber: WSJ