Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Anak ADHD Harus Selalu Bergerak Agar Bisa Belajar
Oleh : Redaksi
Kamis | 30-04-2015 | 10:43 WIB
adhd2.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - SELAMA beberapa dekade, orang tua dan guru yang frustrasi membentak anak ADHD yang gelisah untk "duduk diam dan konsentrasi!" Karena, salah satu terapi bagi anak penyandang AHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, adalah mengurangi polahnya. Namun, sebuah studi terbaru justru mengatakan sebaliknya.

Tapi penelitian baru yang dilakukan peneliti Universitas Central Florida (UCF) yang dirilis jurnal Abnormal Child Psychology, menunjukkan bahwa jika ingin agar anak-anak ADHD belajar, Anda harus membiarkan mereka bergerak. Hentakkan kaki, ayunan kaki, atau gerakan menggeser-geser kursi, menurut peneliti, sebenarnya penting bagi anak ADHD agar bagaimana mengingat informasi dan bekerja di luar tugas-tugas kognitif yang kompleks.

Temuan ini menunjukkan bahwa metode lama yang berlaku untuk membantu anak-anak dengan ADHD mungkin salah arah. "Intervensi biasanya untuk mengurangi hiperaktivitas. Ini persis kebalikan dari apa yang harus kita lakukan untuk mayoritas anak-anak dengan ADHD," kata salah satu penulis studi tersebut, Mark Rapport, Kepala Klinik Pembelajaran Anak UCF.

"Pesannya adalah, bukan 'Biarkan mereka berjalan di sekitar ruangan,' tetapi Anda harus mampu memfasilitasi gerakan mereka sehingga mereka dapat mempertahankan tingkat kewaspadaan yang diperlukan untuk kegiatan kognitif," kata Rapport, seperti dilansir dari rilis UFC.

Penelitian ini memiliki implikasi besar agar bagaimana orang tua dan guru harus berurusan dengan anak-anak ADHD, terutama untuk meningkatkan kinerja pada ujian standar bagi siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa dengan ADHD bisa tampil lebih baik pada tugas di kelas, tes dan pekerjaan rumah jika mereka duduk di bola aktivitas atau berolahraga sepeda, misalnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengikutsertakan 52 anak laki-laki usia 8 sampai 12. Dua puluh sembilan dari anak-anak telah didiagnosis dengan ADHD dan 23 lainnya tidak memiliki gangguan klinis dan menunjukkan perkembangan normal.

Setiap anak diminta untuk melakukan serangkaian tugas standar yang dirancang untuk mengukur "memori yang bekerja", sistem untuk menyimpan dan mengelola informasi sementara yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas kognitif yang kompleks seperti belajar, penalaran dan pemahaman.

Anak-anak ditunjukkan serangkaian angka campur aduk dan huruf abjad yang melintas ke layar komputer. Kemudian mereka diminta untuk mengurutkan nomor, diikuti oleh huruf abjad itu. Sebuah kamera berkecepatan tinggi merekam aktivitas anak-anak tersebut, dan pengamat mencatat setiap gerakan mereka dan mengukur perhatian mereka dalam tugas itu.

Penelitian Rapport sebelumnya juga sudah menunjukkan bahwa gerakan berlebihan itu adalah "merek dagang" dari anak hiperaktif - yang sebelumnya dianggap selalu hadir - sebenarnya hanya terlihat ketika mereka perlu menggunakan fungsi eksekutif otak, terutama memori kerja mereka.

Studi itu juga membuktikan bahwa setiap gerakan memiliki tujuan. "Apa yang kami temukan adalah bahwa ketika mereka sedang paling bersemangat untuk bergerak, mayoritas dari mereka tampil lebih baik," kata Rapport. "Mereka harus bergerak untuk menjaga kewaspadaan."

Sebaliknya, anak-anak dalam penelitian tanpa ADHD juga bergerak lebih selama tes kognitif. Tetapi memiliki efek sebaliknya: Mereka tampil buruk. (*)

Editor: Roelan