Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Australia Berupaya Selamatkan Terumbu Karang Great Barrier Reef
Oleh : Redaksi
Rabu | 15-04-2015 | 11:58 WIB
greatbarrierreef_01.jpg Honda-Batam
(Foto: greatbarrierreef.org)

BATAMTODAY.COM - Dalam bulan-bulan ke depan, Perserikatan Bangsa-bangsa dan pemerintah Australia akan saling berhadapan dalam menetapkan apakah terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef, dapat dinyatakan terancam punah.

Pakar lingkungan hidup menyatakan taman marina yang unik ini terancam oleh proyek-proyek pembangunan dan harus dilindungi lebih baik. Pemerintah Australia bersikeras mereka sudah berupaya sebaik mungkin melindungi situs ini. 

Sistem badai yang lebih kuat dari perkiraan menghantam bagian selatan Great Barrier Reef pada dekade pertama abad ini.

Sekitar 50 persen dari lapisan atas karang rusak. Ilmuwan mengatakan dibutuhkan dua dekade cuaca yang normal yang memulihkan taman marina ini - yang berukuran sebesar wilayah Italia.

Nutrisi berlebihan yang disebabkan oleh banjir, pengerukan, dan praktek-praktek perikanan yang berbahaya berakibat pada pemutihan karang dan pengembangbiakan ikan predator karang dalam jumlah yang melebihi normal.

Pemerintah Australia juga telah berencana untuk memperluas pelabuhan Gladstone untuk meningkatkan volume ekspor batubara, langkah yang dikritik oleh aktivis lingkungan hidup.

Dalam menanggapi ancaman ini, Greenpeace dan World Wildlife Fund (WWF) meluncurkan kampanye untuk mendorong UNESCO untuk menyatakan taman marina ini sebagai warisan budaya yang terancam punah 

Kecaman dari publik mendorong pemerintah Australia untuk menetapkan upaya pelestarian Great Barrier Reef dengan dana $1,5 miliar yang akan berlangsung selama 10 tahun ke depan.

Yang menjadi taruhannya adalah industri pariwisata $5 miliar, yang mempekerjakan 70.000 orang, akses bagi pelabuhan-pelabuhan yang menangani ekspor senilai $26 miliar, dan tentunya, terumbu karang itu sendiri - habitat bagi 1.500 spesies ikan, 500 spesies moluska, 400 spesies karang lunak dan keras, dan 250 spesies burung.

Rencana pelestarian Australia bertujuan memperbaiki kualitas air, memangkas 80 persen pelepasan nitrogen inorganic dari petani-petani pada 2025, selain juga mengembalikan kembali lahan basah, mengurangi pengerukan jalur-jalur kapal dan melarang pembuangan limbah pengerukan dalam taman marina ini.

Menteri Lingkungan Hidup negara bagian Queensland, Steven Miles, mengatakan rencana pemerintah didukung oleh pihak-pihak dari berbagai spektrum politik, termasuk suku-suku asli, para petani, ilmuwan dan pejabat-pejabat pelabuhan.

"Ketika saya pertama duduk bersama WWF dan bertanya 'apa yang kami harus lakukan untuk menyelamatkan terumbu karang?' Mereka mengatakan 'tentu dalam jangka panjang kita harus memperhitungkan perubahan iklim, tapi sejujurnya bila kami tidak menangani masalah pembuangan limbah dan kualitas air, membahas perubahan iklim tak akan mendatangkan hasil," ujar Miles.

Perubahan iklim diduga sebagai penyebab utama degradasi terumbu karang, dengan temperatur yang diperkirakan meningkat dua hingga empat derajat Celcius pada 2050. Tapi Kepala Otoritas Great Barrier Reef Russel Reichelt mengatakan argumen mengenai peningkatan suhu harus diperlakukan sebagai isu terpisah.

"Keprihatinan terbesar bagi (Great Barrier Reef) dalam jangka panjang, adalah perubahan iklim dan risiko peningkatan suhu yang mempengaruhi terumbu karang, air laut menjadi lebih asam berdampak pada pertumbuhan karang dan mengakibatkan karang lebih rentan - itu nomor satu. Nomor dua adalah limpasan dari daratan, pupuk, pestisida, dampak dari erosi akibat pertanian selama 150 tahun," kata Reichelt.

Pemerintah Queensland menambahkan jumlah dana yang disisihkan oleh pemerintah federal sebesar $75 juta untuk pemberantasan polusi selama lima tahun ke depan, selain juga mendapat bantuan dari komunitas-komunitas aborijin.

Dari satu juta orang yang menempati garis pesisir Great Barrier Reef terdapat di antaranya, 20.000 warga asli dari 72 suku, yang kehidupan nenek moyangnya bertumpu pada terumbu karang selama 8.000 tahun. Banyak di antara para tetua suku terlibat dalam upaya pelestarian ini. "Sangat penting bagi kami bahwa posisi kami dalam mengelola kawasan kami dilindungi dan kami tetap memiliki tempat tak hanya untuk memberikan kontribusi tapi juga untuk memimpin pengelolaan bersama kekayaan tradisi kami," menurut Duane Fraser, salah seorang figur senior di antara mereka.

Bagian sebelah utara Great Barrier Reef masih berada dalam kondisi baik dan WW mendukung upaya pelestarian yang berfokus pada bagian selatan, tapi pendanaannya tak cukup mengingat Great Barrief Reef diproyeksikan akan menghasilkan $25 miliar bagi perekonomian Australia selama lima tahun ke depan.

Greenpeace mengatakan itu belum cukup karena pemerintah setempat masih merencanakan perluasan pelabuhan komersial dan mengizinkan pertambangan batubara.

Komite Warisan Dunia, yang terdiri dari 21 negara dan dikepalai oleh Jerman, dijadwalkan akan mengambil keputusan awal mengenai status Great Barrier Reef bulan depan sebelum konferensi puncak di Bonn pada bulan Juni.

Sumber: VOA