Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintahan Jokowi-JK Mengkhawatirkan karena Kualitas Menteri Kw2-KW3
Oleh : Surya
Senin | 06-04-2015 | 14:00 WIB
rizal-ramli-kalau-harga.10813-300x225.jpg Honda-Batam
Diskusi Survei Nasional IndoBarameter " Jelang Enam Bulan Pemerintahan Jokowi-JK" dihadiri Ketua DPD Irman Gusman, mantan Mentei Perekonomian Rizal Ramli dan Staf Menteri Keuangan Arif Budimanta  

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli menilai kinerja pemerintahan Jokowi-JK mengecewakan. Banyak menteri yang diangkat kualitasnya hanya KW2 atau KW3, dan setiap kebijakannya hanya mencari gampangnya saja.

"Setelah enam bulan kinerja Jokowi-JK sangat mengecewakan bagi masyarakat menengah bawah. Mayoritas masyarakat menengah bawah kurang bahagia, karena harga-harga pangan naik terus," kata Rizal Ramli saat peluncuran survei IndoBarometer, Jakarta, Senin (6/4/2015).

Menurut Rizal Ramli, para pembantu Presiden yakni para menterinya khususnya di bidang ekonomi dinilainya kurang mumpuni.

"Banyak menteri kualitasnya KW2 atau KW3 sehingga tidak bisa menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah," kata Rizal Ramli.

Menurut Rizal Ramli, ilmu menteri-menteri ekonomi Jokowi bisanya hanya menaikkan harga sehingga membuat produk-produk Indonesia menjadi tidak kompetitif.

Padahal tambahnya, ada paradigma lain dengan menurunkan harga. Dan itu bisa membuat produk-produk Indonesia menjadi kompetitif.

Komisaris Utama Bank BNI ini mengkritik jajaran menteri ekonomi di Kabinet Kerja Jokowi-JK yang dinilai memiliki paradigma menaikkan harga dalam setiap kebijakannya.

"Kalau menaikkan harga tidak usah pendidikannya tinggi-tinggi. Ini mau cari gampangnya," katanya di Jakarta, Senin, menyikapi kebijakan-kebijakan menteri bidang ekonomi Kabinet Kerja yang menyebabkan kenaikan harga di berbagai sektor saat ini.

Rizal Ramli menegaskan, menteri bidang ekonomi seharusnya tidak menempuh jalan pintas menaikkan harga, melainkan memberangus kartel dan mafia-mafia yang bermain di sektor perekonomian.

Dia juga mengusulkan agar Kabinet Kerja dikembalikan kepada ideologi trisakti sehingga arah kebijakan menjadi jelas. "Kalau hanya kerja, kerja, kerja, tapi ideologi tidak jelas buat apa," kata dia.

Dia menilai tidak sempurnanya Kabinet Kerja bukan dilandasi kurangnya kepemimpinan Jokowi selaku presiden, namun lebih dikarenakan banyaknya orang-orang yang duduk di kursi menteri bidang perekonomian yang merupakan hasil kompromi politik.

"Di kabinet Jokowi lebih banyak orang hasil kompromi politik. Pemimpin tentu punya kelemahan, tapi John F Kennedy (mantan Presiden Amerika Serikat) bisa hebat karena didampingi orang-orang hebat, pak Soeharto (mantan Presiden Indonesia) lulusan SD tapi didampingi orang-orang hebat," katanya. 

Kepercayaan turun
Sementara itu, survei Indo Barometer terhadap tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla sangat rendah hanya 57,5 persen meskipun tingkat kepercayaan terhadap lembaga kepresidenan sangat tinggi mencapai 88,3 persen.

"Jadi dari hasil survei ini pesannya jelas, cepat-cepat harus segera dilakukan perbaikan-perbaikan mumpung tingkat kepercayaan terhadap lembaga kepresidenan masih tinggi meskipun kepercayaan terhadap presiden lebih rendah," kata Direktur Indo Barometer M Qodari saat memaparkan hasil survei di Jakarta. 

Survei dilakukan Indo Barometer pada tanggal 13 sampai dengan 25 Maret 2015 di 34 provinsi dengan responden sebesar 1200 orang dengan 'margin of error' sebesar 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Metodologi survei, responden dipilih dengan metode 'multistage random sampling' untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia.  

Editor: Surya