Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kini, Guru SMAN 6 Tanjungpinang Lebih 'Bertaring' untuk Disiplinkan Siswa Nakal
Oleh : Habibi
Kamis | 02-04-2015 | 16:15 WIB
audiensi_ortu.jpg Honda-Batam
Wali Kota Tanjungpinang saat mengatur siswa agar tenang dan duduk dengan teratur. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Audiensi Wali kota Tanjungpinang bersama siswa dan wali murid SMA Negeri 6 Tanjungpinang, menghasilkan 42 rumusan aturan dan telah disepakati bersama. Aturan itu akan membuat guru lebih "bertaring" untuk mendisiplinkan siswa yang nakal. (Baca: Siswa Bandel di SMA Negeri 6 Tanjungpinang Terancam Dikembalikan ke Orangtua)

Kepala SMA Negeri 6 Tanjungpinang, Yosserizal, mengakui, selama ini pihak sekolah selalu tertekan karena siswa selalu melanggar aturan. Sikap pembangkangan siswa semakin menjadi ketika mendapat pembelaan dari Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kepulauan Riau.

Akibatnya, majelis guru tidak dapat melakukan tindakan tegas meskipun menurut pengakuan Yosserizal, siswa telah sampai tahap berani melawan guru.

"Bukan hanya cabut seenak mereka, guru pun mereka lawan. Tapi kami tidak bisa memarahi balik atau melakukan tindakan yang tegas karena KPPAD mengatakan salah, guru takut dipenjara. Jadi, mau tidak mau ya kami hanya bersabar dan diam saja," ungkap Yosserizal usai mediasi yang dilakukan di gedung PKK Kota Tanjungpinang, Senggarang, Kamis (2/4/2015).

Sementara itu Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, pun telah memberi ultimatum di depan siswa dan wali murid bahwa jika memang siswa sudah tidak dapat dinasehati dan diberitahukan secara baik-baik, maka keputusan akhirnya adalah mengembalikan siswa kepada orang tua.

"Ya kalau sudah komitmen, masih bandel, dinasehati tidak bisa lagi, saya sarankan drop out," tegas Lis usai pertemuan.

Terkait permasalahan siswa tersebut, Lis mengatakan memang ada peran orang tua yang dinilai kurang memperhatikan sang anak. Sehingga, anak selalu seenaknya saja melakukan apa yang mereka suka.

"Orang tua terkesan membiarkan, anak mau melawan guru, mau cabut, seperti mereka biasa saja, tidak ada perhatian. Padahal di sekolah itu perhatiannya hanya 35 persen, orang tualah yang paling berperan dalam mendidik anak. Tapi seperti acuh tak acuh," ujar Lis.

Hal itu memang terlihat dari kehadiran orang tua pada saat audiensi. Hanya puluhan orang tua yang hadir dari ratusan jumlah siswa sehingga pertemuan tersebut sempat dihentikan oleh Lis dengan ancaman bahwa jika memang orang tua tidak datang maka siswa akan diskors.

"Setelah dibilang begitu barulah orang tua berdatangan. Bisa toh, tapi tidak tahulah apa penyebabnya pada awal tadi mereka tidak hadir semua. Setelah dibilang gitu baru sibuk anaknya jemput orang tua mereka," ujar Lis.

Dengan adanya komitmen teraebut, Lis berharap SMAN 6 akan semakin membaik. "SMAN 6 ini kita beri perhatian ekstra khusus, kita lihat saja perkembangannya setelah ini," ujar Lis. (*)

Editor: Roelan