Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Petani di Tarempa Keluhkan Harga Jual Cengkeh yang Merosot
Oleh : Nursali
Senin | 23-02-2015 | 10:02 WIB
Fuadi_(51)_Warga_Desa_Sritanjung_Kecamatan_Siantan_(Fhoto;_Rusdi).jpg Honda-Batam
Fuadi (51) mengeringkan buah-buah cengkeh sebelum dipasarkan. (Foto: ist)

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Sejumlah petani di Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, mengeluhkan harga jual cengkeh yang turun drastis dari harga jual pada tahun lalu. Harga tersebut dianggap tak setimpal dibandingkan rempah yang berproduksi sekali dalam satu tahun ini.

Apalagi proses pemetikan hingga proses pengeringan hanya dihargai Rp103 ribu, turun dibandingkan tahun lalu yang sempat menyentuh angka Rp130 ribu per kilogram.

"Ini masih mending. Kemarin harganya sempat 100 ribu per kilogram," kata Fuadi (51), warga Desa Sritanjung, Kecamatan Siantan, kepada BATAMTODAY.COM di Tarempa pada Minggu (22/2/2015) siang.

Namun harga tersebut menjadi pilihan terakhir bagi para petani jika dibandingkan harga jual cengkeh dalam keadaan baru dipetik dari kebun atau belum kering yang dihargai 25 ribu rupiah per kilogram. Padahal, untuk proses pengeringannya saja petani menghabiskan waktu berminggu-minggu hingga hasil cengkeh benar-benar kering.

"Itu kalau hari panas terus ya. Kalau hari hujan lebih dari dua minggu jemurnya," terang Fuad.

Belum cukup sampai di situ, tanaman yang mampu hidup hingga puluhan tahun ini selanjutnya akan dipilih kembali. Jika terdapat jamur pada buah cengkeh yang telah kering, maka harganya juga berpengaruh jauh lebih murah dari pada cengkeh yang kering dengan sempurna.

"Kalau sempat berjamur, rugi besarlah. Sudahlah harganya jatuh, beratnya jauh berkurang. Kalau sudah kayak gitu ruginya dobel," katanya.

Ia mengharapkan pemerintah setempat dapat membantu petani dengan mempertahankan harga jual yang sewajarnya sehingga khusus bagi para petani dapat terbantu dengannya. "Bukannya banyak kali petani di sini," katanya. (*)

Editor: Roelan