Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sejumlah Nasabah Bank BNI di Natuna Resah Tabungannya Dikuras OTK
Oleh : Surya
Selasa | 10-02-2015 | 20:20 WIB
Ardi.jpg Honda-Batam
Ardi, salah satu narabah BNI Natuna yang tabungannya dikuras modus telemarketing asuransi

BATAMTODAY.COM, Natuna - Sejumlah nasabah bank di Ranai, Natuna, mengaku kehilangan uang tabungannya akibat modus bisnis asuransi menggunakan metode telemarketing. Usai menerima telepon dari pihak asuransi itu, tabungan para nasabah tersebut langsung didebet atau dipotong oleh pihak bank.

Atas kejadian ini sejumlah nasabah merasa resah karena pihak bank tidak mau bertanggungjawab, sebab pelaksanaan asuransi kepada nasabah diserahkan kepada pihak lain yang menjadi mitra bank tersebut.

Mereka tidak tahu siapa yang bertangungjawab mengembalikan uangnya, hingga  saat ini banyak nasabah yang memilih menutup tabungan dan buka rekening baru hingga pindah Bank akibat kasus seperti ini, tak banyak yang melaporkan ke pihak berwajib, meskipun banyak nasabah yang mengaku hingga kini uangnya yang terlanjur di debet tak dikembalikan.

Seorang nasabah Bank BNI Ardi alias Ardie melaporkan kasus ini ke polisi karena merasa uang di rekeningnya dikuras tanpa seizinnya. Sistem ini ternyata memungkinkan adanya transaksi dan persetujuan langsung via telpon kepada seseorang oleh perusahaan asuransi.

Ardi, nasabah Bank BNI di Ranai melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Natuna dengan laporan bernomor SPTL /20/II/2015/SPKT/NTN tertanggal 6 Februari 2015 yang diterima oleg Brigadir Pitra Yuardi.  Ia mengaku telah dimintai dimintai keterangan oleh penyidik atas laporannya  .

"Belum lama ini ada yang menelepon saya menawarkan asuransi. Entah darimana penelepon itu tahu nomor saya dan nomor rekening tabungan saya. Saya saat ditelpon mengatakan bahwa saya tidak mau ikut asuransi lewat telepon, mereka ngotot ingin saya ikut," kata Ardi. 

Namun selang beberapa hari, Ardi mengaku tabungannya justru berkurang dan terjadi debet. "Uang saya diambil Rp372 ribu berturut-turut cuma beda dua hari. Kok bisa ya? Saya tidak transfer baik melalui ATM maupun cara lainnya. Saya juga tidak membuat slip setoran transfer, jadi bingung saya. Maka saya pertanyakan ke pimpinan Bank BNI," katanya. 

Ardi menunjukkan buku tabungannya yang diduganya dikuras oleh orang tak dikenal (OTK). Ia menegaskan tidak pernah menyuruh atau mengijinkan bank untuk mentransfer uang tabungannya itu untuk asuransi tersebut.

"Saat saya pertanyakan di bank BNI Natuna tempat saya menabung katanya rekening saya didebet untuk bayar asuransi, wah, saya makin bingung, asuransi apa? Sedangkan saya tidak pernah menandatangani atau menyetujui ikut asuransi, tidak ada selembarpun bukti tertulis yang saya tandatangani. Kenapa Bank BNI bisa mendebet rekening saya tanpa ijin tertulis dari saya. Saya jadi resah kok rasanya sepertinya bank sudah tidak aman untuk menyimpan uang ya?" kesalnya.

Ardi tidak sendiri, beberapa warga mengaku juga menjumpai hal serupa. Mereka dihubungi via telepon, oleh seseorang yang menawarkan asuransi. Tak lama, uang ditabungannya terdebet otomatis. Bahkan ada nasabah yang tabunganya hilang hingga puluhan juta rupiah.

Ilham, seorang pekerja swasta di Ranai mengaku juga pernah ditawari program asuransi oleh sesorang lewat telepon. Kebetulan ia sebagai nasabah Bank Mandiri.

"Saya ditawari untuk program asuransi, namun penelpon ini ngotot agar kita bisa ikut programnya. Dengan berbagai sugesti ia meminta kita untuk setuju. Namun saya nggak mau, tapi tetap mereka ngotot." ujar Ilham.

Bahkan sebelum seorang nasabah setuju, penelepon tadi terus menelepon hingga targetnya mengatakan 'ya'. "Saya bilang saya mau pelajari dulu. Namun mereka bilang programnya hanya tawaran khusus saat ditelpon saja. Untuk informasinya mereka bersedia bicara panjang lebar, cuma saya lagi malas nerima telpon saat itu. Mau ngomong kasar segan juga. Saya dengerin aja, dan akhirnya saya keukeuh bilang enggak!" ujar Ilham lagi.

Lain lagi pengalaman Suhartono, 6 bulan yang lalu dirinya juga mengalami kejadian serupa. " Saya trauma menabung dibank, saya memilih menutup tangbungan kerena pihak bank tidak bisa memberikan solusi, masak saya disuruh menghubungi kantor pusat di Jakarta, saat saya tanya apa tidak bisa diwakili di bank dimana saya menabung? pihak bank tak bisa menjamin uang saya kembali, akhirnya terpaksa saya tutup dan hingga saat ini uang saya tak kembali” jelas Suhartono.

Alimar dan Amad Busri juga mengalami kejadian serupa, "Saya sempat dipotong slama 5 bulan berturut-turut, sekali potong 250 ribu, akhirnya saya tutup tabungan saya, saya juga melihat ada ibu-ibu yang sampai menangis karena uangnya dikuras".  

Editor: Surya