Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

SLB Dibangun di Lingga, Guru-guru SMAN 1 Singkep Terusir
Oleh : Nurjali
Jum'at | 06-02-2015 | 13:43 WIB
anak abk.jpg Honda-Batam
Anak berkebutuhan khusus di Kepri. (Foto: Roelan/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Rencana pembangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Lingga yang beberapa tahun tersendat akibat ketiadaan lahan, akhirnya mencapai titik terang. Namun pembangunan SLB itu justru mengorbankan sejumlah guru di Dadbosingkep.

Empat orang guru yang tinggal di perumahan bekas SMA Negeri 1 Singkep di Jalan Garuda, yang dijadikan perumahan guru sekolah itu, resah. Mereka mempertanyakan nasib mereka setelah adanya surat edaran dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk menjadikan bangunan bekas SMAN 1 Singkep itu sebagai SLB.

Ketua PGRI Kecamatan Singkep, Keizzy Dalfi, mengatakan, di gedung bekas sekolah tersebut saat ini ditinggali empat kepala keluarga yang seluruhnya merupakan guru PNS aktif yang mengajar di SMA Negeri 1 Singkep. Mereka juga tidak memiliki famili di Lingga karena mereka merupakan guru yang lulus tes PNS dari daerah di luar Kepulauan Riau.

Karena itu, dengan adanya pembangunan SLB tersebut maka guru-guru yang tinggal di situ harus keluar dari rumah tersebut. Sementara pihak kontraktor maupun pemerintah belum memberikan solusi terkait hal ini.

"Kemarin saya sudah menemui dinas pendidikan dan jawaban dari dinas meminta kepada yang bersangkutan untuk menemui kepala dinas dan memberikan data kerugian yang mereka alami," kata Keizzy, Jumat (6/2/15).

Sebagai masyarakat Lingga dirinya mengaku sangat mendukung pembangunan SLB tersebut. Namun sebagai guru dan Ketua PGRI dirinya merasa prihatin terhadap nasib guru yang tinggal di perumahan itu.

Menurutnya, guru-guru tersebut juga memiliki peran penting dalam pendidikan sehingga sudah selayaknya diperhatikan. Apalagi para guru ini merupakan orang luar Lingga yang telah lama mengabdikan dirinya di daerah.

"Mereka tidak mengharapkan perhatian lebih namun setidaknya mereka diberikan tempat tinggal sementara sampai mereka ini memiliki rumah sendiri," katanya.

Sementara itu Camat Singkep, Kisanjaya, yang mengelola lokasi tersebut mengatakan, pihaknya telah menyurati para penghuni rumah tersebut sesuai dengan edaran dari Pemerintah Provinsi Kepri dan Kabupaten Lingga. Namun untuk relokasi para guru yang tinggal di rumah tersebut, saat ini memang belum ada penyampaian dari pemerintah.

"Sudah kita surati jauh-jauh hari agar mereka (guru) bersiap-siap karena lokasi itu akan dibangun SLB melalui APBD Provinsi Kepri," kata Kisanjaya.

Kisanjaya mengharapkan agar para guru yang tinggal di bangunan tersebut dapat memberikan pengertian karena selama ini anak-anak yang berkebutuhan khusus di Lingga selama ini sama sekali tertangani dan tidak mendapatkan sekolah yang layak sesuai dengan kondisi mereka. Sehingga banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang sekolah di tempat umum dan ada juga yang memilih tidak sekolah.

"Yang sekolah saat ini ada dua orang di SMP Negeri 2 Singkep. Data keseluruhanya ada di Dinas Sosial," kata Kisanjaya.

Salah seorang warga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, mengaku terpaksa menyekolahkan anaknya di SLB Karimun. Di Karimun, si anak tinggal bersama kakek dan neneknya.

"Bagaimana lagi, tak ada sekolah yang mau menerima anak kami. Saya sendiri kerja di Lingga, tapi di sini (Lingga) tak ada SLB. Daripada anak saya tak sekolah, lebih baik dititipkan ke neneknya agar bisa sekolah," ujar orang tua yang juga mengaku berprofesi sebagai guru ini.  (*)

Editor: Roelan