Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

6 Terpidana Mati Dieksekusi pada Gelombang Kedua

Jaksa Agung Sebut Biaya Eksekusi Mati Rp 200 Juta Per Orang
Oleh : Surya
Rabu | 28-01-2015 | 16:00 WIB
Jaksa-Agung-M-Prasetyo-386x386.jpg Honda-Batam
Jaksa Agung M Prasetyo

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kejaksaan telah mengeksekusi enam terpidana mati di dua lokasi berbeda, yakni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan dan Boyolali, Jawa Tengah, pada 18 Januari 2015.


Dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR, Jaksa Agung HM Prasetyo mengatakan, untuk setiap narapidana dianggarkan biaya Rp200 juta selama proses eksekusi tersebut.

"Termasuk seluruh kebutuhan yang dibutuhkan sejak persiapan sampai pelaksanaan," kata Prasetyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Mantan politisi Partai Nasdem itu menambahkan, semula dua dari enam terpidana ingin dieksekusi di Kepulauan Seribu. Akan tetapi biaya yang dibutuhkan melebihi anggaran yang telah ditetapkan. "Ternyata dianggarkan Rp258 juta, lebih dari anggaran yang ada," katanya.

Kejaksaan pun telah memenuhi seluruh hak terpidana mati, termasuh sudah melayani setiap permintaan terakhir dari narapidana itu.

"Sebelum dieksekusi semua hak hukum termasuk permintaan terakhir terpidana mati telah dipenuhi. Ada yang minta dikremasi ada yang dikebumikan. Yang di Boyolali, minta disiapkan baju Vietnam," katanya.

Pada kesempatan itu, Jaksa Agung Prasetyo mengungkapkan, sedang menyiapkan untuk eksekusi mati gembong narkoba gelombang kedua kepada anggota Komisi III DPR. Namun Prasetyo belum menyebutkan nama-nama terpidana itu.

"Kita sedang cari waktu tepat untuk lakukan eksekusi berikutnya untuk warga Prancis, Ghana, Cordova, Brazil, Filipina, Australia, dan satu orang WNI. Tempatnya mungkin kami tetap memandang Nusakambangan sebagai tempat ideal," katanya.

Meski telah membeberkan kewarganegaraan yang akan dieksekusi mati di gelombang kedua, namun Prasetyo belum membeberkan nama-nama terpidana itu. Demikian juga tanggal eksekusinya.

Saat ini lokasi eksekusi favorite di Pulau Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah. Terakhir yaitu menjadi lokasi eksekusi mati bagi 6 gembong narkoba pada pertengahan Januari 2015 lalu. Namun ada kendala di Nusakambangan.

"Saat eksekusi sempat ada halangan. Menyusupnya aktivis HAM, upaya wartawan media elektronik kita, berusaha menyamar sebagai nelayan, bisa kita cegah untuk tidak mendekat ke lokasi eksekusi," katanya.

Saat ini, Pulau Nusakambangan sudah dihuni oleh 2.500 KK dan sebagian besar dari mereka berladang. Tetapi, Prasetyo juga mengkhawatirkan soal dijadikannya Nusakambangan sebagai tempat pelatihan aliran radikal.

"Mereka dari keyakinan yang sama, Islam garis keras, Wahabi. Kita dengar mereka melakukan pelatihan-pelatihan yang harus kita waspadai," katanya.

Meski ada kendala berupa lokasi yang tidak steril, Kejaksaan Agung tetap melihat Nusakambangan sebagai pilihan untuk eksekusi berikutnya."Ini jadi bahan evaluasi," katanya.

Editor: Surya