Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Anak Penjual Ketoprak di Tanjunguban Ini Bangga Bisa Jadi Polisi
Oleh : Harjo
Senin | 19-01-2015 | 15:10 WIB
Topan anak tukang ketoprak Tanjunguban  jadi polisi.jpg Honda-Batam
Topan Okta Pratama berfoto bersama kedua orang tuanya di Tanjunguban. (Foto: Harjo/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Acap kali terdengar, agar bisa diterima sebagai polisi perlu merogoh uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Sogok atau suap, istilahnya.

Topan Okta Pratama, 21 tahun, hanya punya tekad. Anak penjual ketoprak di Tanjunguban ini akhirnya diterima menjadi anggota Bhayangkara setelah mengikuti seleksi untuk kedua kalinya pada pertengahan 2014 lalu. Anak pasangan Joko Waluyo dan Meike Suharti ini juga mengaku tak gampang jebol dalam seleksi itu.


"Kalau di ceritakan dari awal jelas sangat berat karena saat mendaftar seleksi menjadi anggota polisi hanya bermodalkan kemauan dan keseriusan serta doa dan restu orang tua," kata pemuda yang pernah menorehkan prestasi dalam ajang pencak silat di tingkat Porprov Kepri dan Polda Kepri 2010 ini, kepada BATAMTODAY.COM, di kediamannya, Minggu (18/1/2014).

Setelah diterima jadi anggota polisi, anak pertama dari empat bersaudara ini mengaku bangga dan haru. Dia tak menyangka, karena ternyata anak penjual ketoprak yang hanya bermodalkan semangat dan perjuangan keras bisa menjadi anggota Polri.

"Awalnya memang ada perasaan segan dan minder. Apalagi masih ada kabar kalau mau menjadi anggota Polri harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Tetapi setelah menjalani apa yang sebenarnya terjadi, ternyata modal utama untuk menjadi anggota Polri yang paling utama kesehatan dan kemauan serta mau bekerja keras," imbuh pria yang juga pernah berhasil meraih juara dua dan tiga kontes robotics tingkat Provinsi Kepri tahun 2010 dan 2011 itu.

Topan yang pernah menjadi Pramuka Garuda 2005 dan anggota Paskibraka Bintan 2011 berharap kepada seluruh pemuda Bintan khususnya dan Kepri umumnya agar yang merasa memiliki sehat jasmani dan rohani dan berminat untuk mengabdi sebagai anggota Polri tidak perlu menunggu ada uang. Dia menjamin seluruh pelaksaan seleksi dilakukan secara trasparan.

"Kalau ingin mengabdi jadi anggota Polri, siapkan diri dengan menjaga kesehatan. Sekarang citra masuk jadi polisi harus pakai uang ternyata tidak benar. Karena semua dilakukan secara terbuka. Berhasil atau tidaknya, kuncinya utama pada kesehatan dan keseriusan," terang anak pertama dari empat bersaudara ini.

Sementara Meike Suharti, ibunda Topan, mengaku tidak menyangka kalau anak sulungnya bisa menjadi anggota Polri. Dia sudah pesimis kalau dirinya yang hanya menjual ketoprak di Kampung Kamboja, Tanjunguban, bisa "berbuat banyak" untuk kesuksesan anaknya itu.

"Awalnya kita sempat nggak yakin karena ada citra kalau masuk polisi harus ada uang banyak. Tetapi karena selain semangat anak yang tidak putus-putus dan mendapatkan masukan dari saudara dan keluarga, kita hanya berdoa tidak henti-henti agar apa yang dicita-citakan anak bisa berhasil," tuturnya.

"Kalau cerita uang, kita sudah nggak mungkin bisa. Jangankan menyiapkan uang, untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang-kadang susah. Alhamdulillah, orang-orang bilang masuk polisi harus dengan uang ternyata tidak benar. Anak kami hanya bermodalkan kesehatan dan perjuangan yang keras serta doa, akhirnya bisa menjadi polisi," imbuhnya. (*)

Editor: Roelan