Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pantai Sekera Bintan Dicemari Limbah Minyak
Oleh : Harjo
Senin | 05-01-2015 | 11:58 WIB
pantai sekera tercemar limbah minyak.jpg Honda-Batam
Kondisi Pantai Sekera, Teluksebong, Bintan, yang tercemari limbah minyak. (Foto: Harjo/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Pesisir pantai utara Pulau Bintan dilaporkan sudah tercemari tumpahan minyak mentah yang diduga dari tanker Alyarmouk yang bertabrakan dengan tugboat di sebelah timur Selat Singapura pada Jumat (2/1/2015) lalu. Salah satunya yang terpantau adalah perairan di pesisir pantai Kecamatan Teluksebong.

"Tadi pagi kita sudah melihat kalau pantai kampung Sekera, Bintan Utara, sudah dicemari oleh minyak. Gumpalan minyak hitam sudah memenuhi pantai," papar Kamariah, salah seorang warga Kampung Sekera kepada BATAMTODAY.COM, Senin (5/1/2015).

Namun dia tak berani memastikan apakah limbah minyak itu berasal dari tanker yang bertabrakan di Selat Singapura. Pasalnya, limbah minyak  yang datang memang setiap musim utara dan selalu menjadi keluhan para nelayan.

"Kalau masalah limbah minyak kesannya sudah jadi agenda tahunan dirasakan oleh para nelayan di sini. Sampai saat ini memang belum ada solusinya. Kita berharap pemerintah bisa mengambil langkah yang positif agar perairan tidak semakin parah dicemari oleh limbah terutama limbah minyak hitam," tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Soerya Respationo, menegaskan terkait adanya limbah minyak yang mengotori laut dan pantai Kepri, siapa pun pelakunya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selain merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar, perbuatan tersebut masuk dalam tindak pidana.

"Siapa yang berbuat harus bertanggung jawab dan siapa yang mengotori dia yang harus membersihkan. Ingat, perbuatan itu adalah tindak pidana," tegasnya.

Soerya menambahkan, atas adanya pencemaran yang diduga berasal dari kapal yang bertabrakan di selat Singapura itu, pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut kepada penmerintah pusat agar segera ditangani lebih lanjut.

Sebelumnya, seperti dilaporkan The Straits Times, otoritas kepelabuhanan dan maritim Singapura (MPA) menerima laporan pada Jumat pagi bahwa tanker bernama Alyarmouk dari Libya bertabrakan dengan tugboat Sinar Kapuas dari Singapura. Tabrakan terjadi sekitar 11 mil laut timur laut dari Pedra Branca, sebuah pulau terpencil yang merupakan titik paling timur di Singapura.

Tangki kargo Alyarmouk dilaporkan rusak akibat tabrakan itu sehingga 4.500 metrik ton (sekitar 32.400 barel) minyak mentah cemari perairan Selat Singapura. MPA telah mengerahkan helikopter untuk mengecek kondisi lapangan..

Dua perusahaan telah turut mengontrol tumpahan dengan menurunkan empat kapal yang dilengkapi dengan dispersan, oil boom dan skimmer ke lokasi kejadian.

Tanker Alyarmouk sendiri dilaporkan sedang dalam perjalanan dari Tanjung Pelapas, Malaysia, dengan rujuan Tiongkok. Sementara tugboat Sinar Kapuas transit dari Hong Kong ke Singapura, kata MPA.

Akibat musibah tabrakan tersebut, MPA telah memberitahukan ke pihak Malaysia dan Indonesia. MPA dan Indonesia telah berupaya mengatas tumpahan minyak di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Pesisir Pulau Bintan termasuk yang terancam tercemari. Pasalnya, lokasi tabrakan itu hanya 18,6 mil laut utara Bintan, Indonesia, terkenal dengan pantai pasir putih yang indah dan kawasan pariwisata lagoi.

Spesies langka di Bintan, salah satunya kura-kura, juga terancam akibat potensi pencemaran tersebut. Padahal, enam dari tujuh spesies kura-kura laut dunia di perairan Indonesia sering, terancam punah. Seperti pantai penyu sisik, Eretmochelys imbricata, dan penyu hijau, Chelonia mydas, di resor Bintan sudah diidentifikasi. (*)

Editor: Roelan