Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terapi Musik Bisa Bantu Pemulihan Otak
Oleh : Redaksi
Senin | 29-12-2014 | 12:34 WIB
Learn-more-about-music-therapy-for-autistic-children-1.jpg Honda-Batam
Foto: autismreporter.com

BATAMTODAY.COM - "TIDAK ada yang mengaktifkan otak sedemikian luas seperti yang dilakukan musik," kata Oliver Sacks MD, profesor neurologi di Columbia University dan penulis Musicophilia. Sacks sendiri telah mendokumentasikan kekuatan musik (power of music) untuk membuat pasien lumpuh parkinson kembali bergerak, untuk menenangkan tic (gerakan di luar kesadaran yang terjadi secara berulang-ulang, misalnya kedipan mata yang tidak biasa dan tanpa tujuan) sindroma Tourette, dan gangguan syaraf pada penyandang autisma.

Keyakinannya bahwa musik dapat menyembuhkan otak itu menyimak pengalaman penyembuhan Gabrielle Giffords. Pada bulan Januari 2011, anggota kongres Arizona itu selamat setelah pelipis kirinya terkena luka tembak.

Karena fungsi bahasa dikendalikan oleh belahan otak kiri, Giffords tidak mampu berbicara. Selama pada proses pemulihannya yang sulit tersebut, dia juga ditangani ahli terapi musik yang melatihnya untuk menjalankan sisi kanan otaknya --memasangkan kata-kata dengan melodi dan irama-- agar bisa berbicara kembali.

"Dia mampu mengucapkan sebuah kata (dalam lagu itu) sebelum ia bisa berbicara sepatah kata pun, dan kawasan yang rusak di otaknya dielakkan melalui musik," kata Concetta Tomaino, Direktur Eksekutif Institute for Music dan Fungsi Syaraf.

"Sekarang pakar syaraf mengatakan, 'Ya, otak berubah' dan 'Ya, stimulasi pendengaran dapat membantu perubahan tersebut terjadi'," katanya seperti dikutip additudemag.com.

Terapi musik sendiri sering digunakan untuk membantu korban dengan trauma otak parah, anak-anak dengan gangguan spektrum autisma, dan orang-orang dewasa yang menderita penyakit Alzheimer. Untuk anak-anak dengan ADHD, terapi musik memperuat atensi dan fokus, mengurangi hiperaktivitas, dan memperkuat keterampilan sosial.

Bagaimana cara kerjanya?

1. Musik Membentuk Struktur di Otak
Musik adalah ritme, irama adalah struktur, dan struktur menenangkan otak ADHD yang berjuang untuk mengatur diri sendiri agar tetap berada pada jalur linier. "Musik ada dalam setiap waktu, dengan awal, tengah, dan akhir yang jelas," kata Kirsten Hutchison, seorang terapis musik di Music Works Northwest, sekolah musik masyarakat nirlaba dekat Seattle.

"Struktur itu membantu anak ADHD merencanakan, mengantisipasi, dan bereaksi," katanya.

2. Musik Bisa Tingkatkan Kadar Dopamin
Penelitian menunjukkan bahwa musik yang menyenangkan bisa meningkatkan kadar dopamin di otak. Suplai neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk mengatur perhatian, memori kerja, dan motivasi ini rendah dalam otak ADHD.

"Musik membagikan jaringan saraf dengan proses kognitif lainnya," kata Patti Catalano, seorang terapis musik neurologis di Music Works Northwest.

"Melalui pencitraan otak, kita bisa melihat bagaimana musik menyalakan lobus kiri dan kanan. Tujuan dari terapi musik adalah untuk membangun otot-otot otak yang telah aktif itu dari waktu ke waktu untuk membantu fungsi keseluruhan," katanya.

Sama seperti Giffords menggunakan musik untuk melatih otak kanannya untuk membantunya berbicara, anak-anak dengan ADHD dapat menggunakan musik untuk melatih otak mereka agar meningkatkan atensi dan pengendalian diri di dalam kelas dan di rumah.

3. Musik adalah Sosial
"Pikirkan sebuah orkestra," kata Tomaino, seorang veteran di terapi musik 30-tahun. "Jika salah satu instrumen hilang, Anda tidak bisa memainkan potongannya. Semua 'suara' diperlukan."

Inilah yang Hutchison ajarkan di "keterampilan sosial melalui musik," kursus delapan minggu untuk anak usia tujuh sampai 10 tahun. Siswa berpartisipasi dalam kelompok ansambel, menulis lagu secara kolaboratif, dan praktik untuk penampilan akhir.

"Siswa belajar untuk mendengarkan, bergiliran, mengantisipasi perubahan, dan menangkap isyarat dengan cara mereka yang mungkin tidak di luar sesi musik terapi," kata Hutchison. (*)

Editor: Roelan